Virus Corona
Begini Cara Belanda dan Spanyol Buka Kembali Sekolah Selama Pandemi Corona
Sejumlah negara Eropa akan melonggarkan pembatasan sosial terkait Covid-19.
Sebuah penelitian ilmiah mengatakan, tingkat penyebaran ifeksi di Belanda sudah sangat minim sejak 15 Maret.
Bahkan menurut penelitian itu tingkat infeksinya sudah mencapai kurang dari satu.
Artinya satu orang yang memiliki Covid-19 menulari tidak lebih dari satu orang asing.
Dari semua pasien Covid-19 yang dilaporkan, para ilmuwan menjelaskan, hampir 1 persen berusia di bawah 20 tahun.
Sementara kelompok usia ini menyumbang sekitar 22 persen dari seluruh populasi.
"Dengan membuka penitipan anak, sekolah dasar, dan pendidikan khusus, lebih banyak penularan diperkirakan terjadi pada anak-anak dan orang tua mereka," jelas laporan dari para ahli.
"Namun, diharapkan hal ini tidak akan menghasilkan banyak perawatan tambahan dan perawatan di rumah sakit," sambungnya.
Sementara itu, Rutte menjelaskan teknis dimulainya kembali sekolah di Belanda.
"Untuk memulai, anak-anak di sekolah dasar akan bersekolah setengah dari waktunya. Misalnya, satu hari separuh murid, satu hari separuh lagi."
"Tanggal mulai untuk semua sekolah dan penitipan siang hari adalah 11 Mei," kata Rutte.

Penasihat pemerintahan akan mempertimbangkan data dari sejumlah negara yang sudah membuka sekolahan terlebih dahulu.
Termasuk di antaranya Denmark dan Skandinavia yang membuka sekolah sejak pekan lalu.
Kemudian ada Norwegia yang sudah membuka sekolah sejak Senin lalu.
Sementara itu, sekolah menengah di Belanda dapat dilanjutkan sebulan kemudian jika tidak ada wabah yang terjadi pada periode intervensi di sekolah dasar.
Anak-anak hingga usia 12 tahun disarankan bisa berolahraga tanpa jarak sosial, tetapi aturan tersebut harus ditegakkan untuk murid yang lebih tua.
Metode pembukaan sekolah yang dilakukan Belanda bisa menjadi contoh bagi negara Eropa lainnya.
Lantaran masih banyak negara Eropa yang belum mengisyaratkan langkah pembukaan lockdown.
Termasuk di antaranya Italia, Spanyol, dan Inggris yang memiliki tingkat infeksi Covid-19 dan kematian jumlah besar.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)