Virus Corona
Dokter 98 Tahun Terima Pasien Meski Berpotensi Covid-19, Dulu Sempat Lewati Pandemi Flu Spanyol
Dokter Christian Chenay, bisa dibilang merupakan dokter tertua di Perancis yang masih aktif menerima pasien.
TRIBUNNEWS.COM - Dokter Christian Chenay, bisa dibilang merupakan dokter tertua di Perancis yang masih aktif menerima pasien.
Sudah 98 tahun usianya dan sebentar lagi Chenay akan memasuki usia 99 tahun.
Perlu diingat, dokter ini sudah menjalani profesinya sejak flu Spanyol pada 1918.
Mengutip New York Post, dia juga sempat merawat penderita tifus selama Perang Dunia Kedua.
Baca: Veteran Perang Dunia II Usia 99 Tahun Sembuh dari Corona, Disambut Pasukan Militer
Baca: Profesor Ini Sebut Covid-19 Berasal dari Laboratorium di Wuhan, Perancis: Tak Ada Bukti Nyata
Sekarang di usia senjanya, Chenay masih terus menerima kunjungan pasien yang berpotensi terjangkit Covid-19.
Chenay sebenarnya juga melakukan konsultasi daring melalui telepon dan internet untuk para pasiennya.
Kebanyakan dari mereka memang sudah dia tangani selama beberapa dekade.
Namun saat dia tidak sibuk, Chenay terus melakukan kunjungan mingguan ke panti jompo bagi para misionaris yang menjalani karantina singkat.
Beberapa waktu lalu dia harus menghentikan janji temu untuk melakukan operasi di Chevilly-Larue, pinggiran Paris.
Lantaran baru saja ada dua pasien corona dengan kondisi yang parah di sana.
Sehingga setelah itu Chenay harus menjalani karantina selama dua pekan karena menunjukkan gejala Covid-19.
"Jika saya membiarkan operasi saya tetap terbuka, itu akan menjadi laboratorium untuk virus, sarang infeksi," kata Chenay.
Dokter lansia ini sehari-hari berjalan menggunakan bantuan tongkatnya.
Namun di balik fisiknya yang renta dia masih terlihat bugar.
Berasal dari Angers di Perancis barat, Chenay bekerja sebagai tukang las sebelum menjadi dokter.
Kemudian dia memenuhi syarat menjadi ahli radiologi dan waktu merubahnya ke karier yang lebih baik yakni dokter umum.
Putranya juga seorang dokter, namun sudah pensiu.
Sedangkan dia sendiri belum mau menanggalkan stetoskopnya.
Dia menilai Perancis kurang bersiap menghadapi pandemi global ini dan fakta tersebut membuatnya frustrasi.
"Kamu merasa tidak berdaya," katanya.
"Tidak ada perawatan, kami tidak memiliki cara untuk mengetahui siapa yang sakit dan siapa yang tidak dan kami tidak dapat mengisolasi pasien," jelas Chenay menggambarkan kondisi negaranya.
Kota kecil pinggiran Perancis itu hanya memiliki tiga dokter untuk 19.000 populasi di sana.
Sebelum memutuskan menutup praktik operasinya, banyak pasien Chenay yang mengantre untuk berkonsultasi dengannya.
Chenay akhirnya berjanji akan menemui 20 pasien pertama.
"Para dokter tidak ingin mendaftarkan orang baru, mereka kebanjiran," katanya.
Selama konsultasi pasien, Chenay seakan membuang kekhawatirannya akan Covid-19.
Meski sejatinya dia tahu bahwa penyakit ini sangat berbahaya bagi orang tua, termasuk dirinya sendiri.
Pertama kali dia mengunjungi panti jompo bagi misionaris adalah pada 1951.
Baca: Dipulangkan Seusai Didata, 16 Pria yang Diciduk Saat Mandi Bareng Berasal dari Jakarta dan Tangerang
Baca: Cegah Penyebaran Corona, Kosgoro 1957 Serahkan Bantuan Sembako 40 Ton dan Ribuan APD
Dia mengaku tidak bisa berhenti untuk mengunjungi pasiennya di sana, padahal rumah jompo kini berpotensi menjadi pusat Covid-19.
"Aku kenal mereka sejak mereka adalah pastor pelajar muda. Mereka berangkat ke Amerika, Afrika, dan India," kata Chenay.
"Sekarang mereka sudah tua dan buruk."
Dedikasi Chenay mengundang banyak pujian dari warga di sekitarnya.
"Dokter luar biasa dengan hati besar yang mendengar," kata seorang wanita memuji Chenay.
"Ketika saya melihat di sekitar saya anak-anak muda berusia 40 tahun yang mengeluh lelah, ketika dia mendekati seratus dan tidak ingin pensiun, saya kagum!" tambahnya dikutip dari The Sun.
Salah satu pasien lamanya, Ali, mengatakan Chenay memiliki moral yang tinggi.
Pekerjaannya sebagai dokter sudah menjadi bagian hidupnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)