Virus Corona
Turki Umumkan Dua Kematian Pertama Kasus Covid-19
Presiden Erdogan mengatakan wabah seperti itu memiliki konsekuensi parah di seluruh dunia dan dapat memicu 'transformasi'.
TRIBUNNEWS.COM - Turki melaporkan dua kematian pertamanya terkait pandemi global corona.
Dikonfirmasi kasus infeksi di Turki melonjak menjadi 191.
Lebih lanjut, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan angkat bicara, Rabu (18/3/2020).
Erdogan mengatakan pemerintah telah mengerahkan semua sumber daya dan berjanji untuk menghilangkan ancaman virus corona sesegera mungkin.
Dilansir Al Jazeera, Erdogan mengumumkan paket fiskal 15,4 miliar untuk membantu melindungi ekonomi dari kejatuhan akibat penyebaran virus corona.
"Tanggung jawab terletak ada setiap warga negara kita," kata Erdogan dalam konferensi pers pertamanya terkait Covid-19.
"Saya sepenuh hati percaya bahwa bantuan Tuhan dan dukungan bangsa kita, kita akan lebih kuat dari periode sulit ini," kata Erdogan.

Bagikan Masker dan Hand Sanitizer
Lebih jauh, Erdogan menambahkan, pemerintah akan mendistribusikan masker pelindung dan hand sanitizer kepada warga yang berusia di atas 65 tahun di Istanbul dan Ankara.
Erdogan menegaskan, Turki tengah mengupayakan secepatnya untuk mengembangkan vaksin untuk corona.
"Wabah seperti itu telah memiliki konsekuensi parah di seluruh dunia," kata Erdogan.
"Bahkan telah memicu transformasi politik, sosial, dan ekonomi," tambahnya.
"Kita memasuki era baru, di mana kita cenderung melihat perubahan secara radikal dalam tatanan ekonomi, politik dan sosial global," terang Erdogan.

Baca: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan Akan Bahas Masalah Migran dengan Uni Eropa di Brussels
Baca: Yunani Protes pada Turki Tak Menahan Pergerakan Migran ke Eropa, Erdogan: Akan Mencapai Jutaan
Baca: Soal Operasi di Idlib, Presiden Turki Erdogan Hitung Mundur dan Sampaikan Peringatan Terakhir
Menteri Kesehatan Turki Buka Suara
Lebih lanjut, Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca buka suara pada Rabu (18/3/2020).
Koca mengatakan pasien pria berusia 61 tahun meninggal dunia.
Koca juga mengumumkan pada Selasa malam (17/3/2020), pasien berusia 89 tahun juga meninggal dunia setelah tertular virus corona dari orang yang memiliki kontak fisik sepulang dari China.
Menteri Kesehatan Turki itu menambahkan, negaranya telah mendiagnosis 93 kasus baru sepanjang Rabu kemarin.
"Sebagian besar dari mereka dites positif mulai pulih," terang Koca.
Baca: Erdogan dan Mesut Ozil Terpilih jadi Kepribadian Muslim Terbaik 2019
Baca: Sering Bela Kaum Tertindas, Mesut Ozil dan Erdogan Raih Penghargaan Kepribadian Muslim Terbaik 2019
Baca: Liga Turki juga Tertunda, John Obi Mikel Tinggalkan Turki Sementara
Wakil Presiden Turki...
Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay mengatakan lebih dari 2.800 warga negaranya dibawa pulang atas permintaan mereka dari sembilan negara Eropa.
Fuat Oktay melalui unggahan Twitternya mengatakan, evakuasi selesai pada pukul 06.00 pagi waktu setempat.
Menambahkan 2.807 warga negara ditempatkan di bawah karantina 14 hari di asrama besar yang terletak di provinsi Istanbul dan Kocaeli.
Turki pekan lalu menutup gerbang perbatasannya untuk Jerman, Spanyol, Prancis, Austria, Norwegia, Denmark, Swedia, Belgia, dan Belanda.

Larangan Berpergian, Jam Malam?
Secara terpisah, Kepala Direktorat Komunikasi Turki, Fahrettin Altun menepis desas-desus bahwa Anakra akan memberlakukan keadaan darurat atau jam malam dan pembatasan perjalanan karena corona, pada Selasa (17/3/2020).
"Langkah-langkah restriktik komprehensif semacam itu tidak ada dalam agenda kami," terang Fahrettin Altun.
Lebih lanjut, Altun mengatakan langkah-langkah yang diambil terharap penyebaran virus corona berlanjut dengan cara yang sangat transparan, ditentukan secara rasional.
Baca: Menikah dengan Aktor Turki, Cinta Penelope Akui Mulanya Sang Suami Bukan Tipe Idamannya
Baca: MUI Sebut Pro-Kontra Fatwa Ibadah saat Wabah Corona Akibat Kesalahpahaman Masyarakat
Baca: Cara Sederhana dan Mudah Bersihkan Layar HP Agar Terhindar dari Virus Corona
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)