Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Meliburkan Sekolah Akibat Corona Dianggap Justru Berbahaya, Ini Alasannya

Berbeda dengan DKI Jakarta, Ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMA tetap akan dilakukan sesuai jadwal.

Editor: Hasanudin Aco
KOMPAS.com/ Karnia Septia
Ilustrasi 

Selain Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Tengah, provinsi lain yang diketahui meliburkan sekolahnya adalah Provinsi Banten, Jawa Barat, dan Aceh.

Alasan Australia belum meliburkan sekolah

Banyaknya negara yang sudah meliburkan sekolah membuat para orangtua di Australia meminta Pemerintah untuk melakukan kebijakan yang serupa yang sampai hari ini tidak diberlakukan di Australia.

"Kepada semua orangtua, saya mengerti bahwa ini adalah masa-masa yang mengkhawatirkan, tetapi mereka harus merasa lega karena Australia memiliki ahli medis terbaik di dunia, dan kami bekerja sama serta bertindak sesuai dengan arahan dari para ahli ini," kata Menteri Pendidikan Dan Tehan.

Sumber-sumber yang menjabat dalam sektor pendidikan Australia mengatakan, penutupan sekolah secara massal tidak akan terjadi di Australia dalam waktu dekat ini.

Sebaliknya, sekolah bisa jadi salah lembaga terakhir yang akan ditutup massal.

Meski begitu, ada pengecualian untuk sekolah asrama eksklusif 'Geelong Grammar' - yang mengakhiri semester pertamanya pada minggu ini - dan 'Launceston's Scotch Oakburn College', yang telah pindah ke metode pembelajaran online.

Salah satu alasan mengapa sekolah di Australia belum ditutup adalah karena anak-anak usia sekolah menjadi kelompok yang relatif tidak terpengaruh oleh virus. Penyebabnya belum diketahui.

Data dari negara-negara yang telah menutup sekolah untuk memperlambat penyebaran COVID-19 menunjukkan bahwa penutupan sekolah bukan obat mujarab seperti yang dianggap oleh sebagian orang.

Menurut model dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tidak ada bukti bahwa Hong Kong - yang menutup sekolah - lebih berhasil meredam virus daripada Singapura, yang tidak menutup sekolahnya.

Bagaimana jika anak-anak adalah 'super spreaders'?

Virolog Ian MacKay dari University of Queensland mengatakan keputusan untuk mengirim anak ke sekolah memang sulit.

"Jika kita benar-benar serius ingin meratakan kurva [penyebaran virus] kita harus memikirkan kemungkinan menutup sekolah," katanya.

"Tetapi kita harus menyeimbangkan itu dengan semua akibat sosial yang akan muncul, termasuk kemungkinan orangtua harus meninggalkan pekerjaannya untuk dapat menjaga anak-anaknya yang masih kecil di rumah."

Profesor MacKay mengatakan para ahli belum tahu apakah anak-anak yang tampak sehat sebenarnya membawa dan menyebarkan virus.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved