Virus Corona
Maraknya Virus Corona, Pasar Jual Tikus & Reptil di Vietnam Masih Buka
Pasar Burung Than Hoa menjual bangau, reptil, berang-berang, dan tikus. Kondisinya tidak layak, banyak lalat yang beterbangan dan limbah menumpuk.
Pihaknya juga menyerukan penutupan secara global untuk pasar hewan.
Sementara itu, China sudah menutup perdagangan dan konsumsi hewan liar sejak beberapa waktu lalu.
Ular, tikus, dan kelelawar dilarang untuk dijual sejak 1 Januari 2020, lalu.
Sayangnya masih banyak negara yang acuh pada tindakan preventif semacam ini.
Para pakar memperingatkan, bahwa pasar hewan adalah lokasi potensial bagi penyakit zoonosis.
Penyakit ini bisa ditularkan dari hewan atau serangga ke manusia.
Pasar hewan Thanh Hoa berjarak 62 mil arah selatan Ho Chi Minh.
Tempat ini merupakan satu di antara pasar hewan liar terbesar di Vietnam.

"Burung dipajang dari pagi hingga malam," ujar salah satu pengunjung.
"Produk dagangan disimpan cukup lama sehingga mengundang lalat, terlihat tidak higienis," tambahnya.
"Limbah dibuang ke saluran pembuangan. Pembeli sampai kesulitan bernapas karena campuran bau kotoran burung dan makanan hewan."
Burung-burung dagangan itu kerap kali dikurung dan diikat satu sama lainnya.
Penjual bahkan tega menjahit mata hewan dagangannya tersebut , mengikat paruh, mematahkan sayap, mencabuti bulunya dan memasaknya hidup-hidup.
Sementara itu, bagi hewan yang sudah mati akan diolah atau disimpan.
"Selain burung, ada juga kura-kura, berang-berang dan unggas."
"Salah satu pedagang mengaku dia menyetok 70 kg burung setiap paginya dan menjual sekitar 80.000 burung."
Padahal bulan lalu, burung atau unggas ini dihubung-hubungkan dengan virus H5N6.
Oleh karenanya, sekitar 23.000 bebek dan ayam dimusnahkan di 10 peternakan Vietnam.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)