Virus Corona
Begini Cara Korea Selatan Tangani Pasien Suspect Virus Corona, Patut Dicontoh
Pekan lalu, perempuan berusia 45 tahun itu bepergian ke Daegu, daerah dengan kasus virus corona tertinggi di Korea Selatan.
"Kami tidak bisa mengarantina dan merawat semua pasien. Mereka yang punya gejala ringan harus tinggal di rumah dan mendapat penanganan," jelas Dr Kim Yeon-Jae, spesialis penyakit menular dari Korea National Medical Centre.
"Kami harus mengubah tujuan akhir kami, yaitu menurunkan tingkat kematian. Jadi negara lain seperti Italia yang banyak pasiennya, harus mengubah strategi mereka juga."
Di manapun virus corona menjangkiti orang dalam jumlah banyak, tempat pengujian yang bongkar-pasang langsung tersedia.
Pekan ini di Seoul, ada wabah massal di sebuah call centre. Sejumlah tenaga medis dikumpulkan di luar gedung, dan segera mengambil sampel swab dari ratusan karyawan di dalam gedung.
Harapan vaksin
Darah para pasien yang sembuh kini dipantau dan dianalisa.
Para ilmuwan telah mengembangkan sebuah protein "unik" yang bisa mendeteksi antibodi. Harapannya adalah hal ini bisa membantu menciptakan sebuah vaksin di masa mendatang.
Salah satu mantan pasien yang menjalani tes darah mingguan adalah Lee (dia tidak ingin nama lengkapnya disebutkan).
Pada Desember lalu, dia bekerja di Wuhan, China, ketika virus corona melanda kota itu. Dia diterbangkan ke kampung halaman oleh pemerintah Korsel dan saat berada di karantina dekat Seoul, dirinya teruji positif mengidap Covid-19.
Ibunya merasa deg-degan.
"Orang-orang di sekitar saya sangat risau. Saya mendengar ibu saya menangis setiap malam."
Tapi sang ibu dapat lega. Anaknya yang berusia 28 tahun itu mengalami gejala ringan.
"Saya merasa baik dan hampir tidak ada gejala, hanya sedikit batuk. Belajar dari pengalaman pribadi, penting untuk waspada. Namun, saya berharap orang-orang tak seberapa takut pada virus itu."
"Setidaknya bagi saya, virus tersebut terasa lebih lemah dari demam biasa. Saya paham mereka yang berusia lebih tua harus hati-hati. Tapi, bagi anak muda seperti saya yang sehat, mereka tidak perlu terlalu cemas. Tentu, penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan."
'Lebih baik tahu'
Langkah-langkah pencegahan yang ditempuh Korea Selatan sejauh ini tidak melibatkan penutupan kawasan atau lockdown, tidak ada blokade jalan, dan tidak ada pembatasan pergerakan.
Telusuri, tes, dan tangani adalah kuncinya.
Memang sekolah-sekolah di Korsel masih ditutup, kantor-kantor mendorong karyawannya bekerja dari rumah, acara kumpul dihentikan.
Akan tetapi, secara perlahan, hari demi hari, makin banyak orang kembali ke jalanan Kota Seoul. Restoran, bus, dan kerea bawah tanah mulai kembali sibuk.
Berurusan dengan ancaman virus corona adalah kondisi baru yang dihadapi.
Kebanyakan orang memakai masker (jika bisa mendapatkannya). Ada sejumlah kamera pengindera panas di pintu masuk gedung-gedung besar.
Botol-botol berisi cairan alkohol pencuci tangan ditempatkan di dalam lift. Bahkan ada orang-orang mengenakan kostum di pintu masuk kereta bawah tanah yang mengingatkan orang untuk mencuci tangan.
Para pejabat kesehatan terlihat sangat waspada dan memperingatkan tiada celah untuk lengah. Wabah besar di gereja, kantor, ruangan berolahraga, atau blok apartemen bisa mengubah segalanya.
Lantas bagaimana dengan Rachel Kim?
Dia mendapat pesan teks sehari setelah tes virus corona. Dia dinyatakan tidak mengidap Covid-19.
Bagaimanapun, dia lega telah melakukan tes.
"Lebih baik untuk tahu. Dengan demikian, saya tidak membahayakan orang lain."
.