Virus Corona
Sarankan Urin dan Kotoran Sapi jadi Obat Virus Corona, Politisi India: Saya Percaya Dapat Digunakan
Politisi India menyarankan urin dan kotoran sapi jadi obat virus corona. Ia percaya kedua hal itu bisa menyembuhkan Covid-19.
Menurut Tabrizian, para ilmuwan Persia abad 12 menggunakan minyak esensial sebagai pengobatan yang efektif menyembuhkan rhinitis atau infeksi hidung dan tenggorokkan berlendir jika diizinkan oleh Tuhan.
Kasus virus corona sampai Selasa (3/3/2020) telah menembus 92.165 kasus dengan 3.127 orang meninggal.
Untuk pasien yang pulih sebanyak 48.002 atau sekitar 52 persen dari total jumlah infeksi kasus.
1 Juta Orang di AS akan Dites
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan, sekitar satu juta warganya bakal mendapat tes virus corona pada pekan ini.
Kabar yang disampaikan Badan Panganan dan Obat (FDA) itu terjadi setelah kasus infeksi virus itu sudah mencapai 105 orang, dengan enam meninggal.
Kasus yang diakibatkan virus corona kini disebut sudah menjangkiti 12 negara bagian, dengan wilayah paling parah ada di Negara Bagian California dan Washington.
Pemerintah setempat menuturkan, sekitar seperempat kasus terbaru berasal dari antar-masyarakat.
Artinya, penderita tidak punya riwayat bepergian ke negara terdampak.
Dr Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Penyakit Menular dan Alergi dilansir CNN, Selasa (3/3/2020), menuturkan kekhawatiran terbesarnya ada pada pekan depan.
Baca: Pemerintah Tingkatkan Standar Pengawasan Virus Corona di Indonesia, Semua Pasien ODP Diperiksa
Baca: Jubir Achmad Yurianto Tegaskan WNI Positif Corona Tetap 2 Orang, 247 Orang dalam Pemantauan
"Kekhawatiran terbesar saya adalah pada pekan depan, atau mungkin 2-3 pekan lagi kami akan melihat lebih banyak kasus yang berkaitan dengan komunitas," ujar Fauci.
Berkembangnya kasus virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu terjadi di tengah munculnya panduan terbaru yang dikeluarkan badan kesehatan AS.
Panduan tersebut memberikan keleluasaan bagi laboratorium untuk menggelar lebih banyak uji coba tentang virus yang berasal dari Wuhan, China.
Sebab dari uji coba itu adalah kesalahan pada alat pemeriksaan yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Alat yang dikeluarkan oleh CDC awalnya berujung kepada ketidakpastian data dan membuat respons Negeri "Uncle Sam" terhambat.