Jumat, 3 Oktober 2025

Aksi Penembakan di Jerman Tewaskan 9 Orang Berakhir Pelaku Bunuh Diri, Presiden Turki Kutuk Rasisme

Presiden Turki, Erdogan mengutuk aksi mengerikan ini dan menyebutnya dengan serangan rasis pada rakyat Turki.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Youtube On Demand News
Tobias Rathjen (43) teoris yang menembaki sembilan orang di sebuah bar shisha di Jerman 

TRIBUNNEWS.COM - Aksi penembakan massal, yang dilakukan Tobias Rathjen (43) telah membunuh 9 orang, termasuk ibundanya pada 19 Februari 2020 waktu setempat.

Korban penembakan Tobias Rathjen kini bertambah menjadi sebelas orang, lantaran ada dua korban cedera dikabarkan Deutsche Welle telah meninggal dunia.

Jaksa Agung Jerman, Peter Frank menjelaskan bahwa 9 orang korban ini, semuanya berlatar belakang imigran.

Beberapa korban luka-luka, juga merupakan warga asing.

Namun, Frank enggan memberi informasi lebih lanjut.

Dilansir Daily News, Turki telah mengonfirmasi bahwa lima warganya, termasuk di antaranya etnis Kurdi, merupakan korban jiwa penembakan massal itu.

Sementara itu media lokal Bild melaporkan, bahwa ada korbannya adalah seorang ibu dua anak (35).

Warga Turki, Gokhan Gultekin dan Ferhat Unvar (22), merupakan karyawan di bar shisha itu.

Mereka dikabarkan turut menjadi korban meninggal, penembakan massal oleh Tobias Rathjen (43).

Baca: Teroris yang Tembaki 9 Orang dan Ibunya di Jerman Percaya Teori Konspirasi dan Terobsesi Alien

Selain itu ada warga Bulgaria, seorang lelaki asal Bosnia dan wanita asal Polandia.

Presiden Turki, Erdogan mengutuk aksi mengerikan ini dan menyebutnya dengan serangan rasis pada rakyat Turki.

Sebelumnya, Erdogan juga mengkritik Jerman karena tidak cukup bisa menangkal aksi dan pemikiran Islamofobia di negaranya.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Çavuşoğlu juga mengkritik serangan itu, dengan mengatakan serangan itu tidak hanya akan melukai migran.

“Hari ini muslimlah yang menjadi target, tetapi besok kecenderungan ini akan berubah, bahkan sudah mulai berubah. Rasisme etnis mulai muncul di garis depan, ” katanya dilansir dari Hurriyet Daily News.

"Jika negara-negara Eropa gagal menghentikan rasisme, konflik akan dimulai. Konflik ini dapat menyeret Eropa ke dalam kekacauan besar," tambahnya.

Konsulat Jenderal Bosnia, Herzegovinian melaporkan bahwa ada satu korban asal Bosnia.

Pada Kamis, (20/2/2020) kerabat dan rekan dari korban berkumpul di depan bar tempat kejadian perkara, untuk menghormati kematian mereka.

Sejumlah orang itu, membawakan karangan bunga serta foto-foto korban.

Mereka meletakkannya, di depan shisha bar untuk mengenang kepergian tragis para korban.

Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier dan istrinya serta para pejabat turut dalam acara itu.

Baca: Penembakan di Bar Shisha Di Jerman, Pelaku Ditemukan Tewas di Rumahnya

Setelah prosesi peletakkan bunga di lokasi penembakan, Steinmeier mengucapkan bela sungkawa atas kejadian ini.

Steinmeier mengatakan pada semua orang bahwa warga Jerman dan asing harus bersatu melawan rasisme.

"Kami berduka, kami turut ambil bagian pada tindakan main hakim sendiri ini."

"Kami bersatu dan berkabung untuk ini, serta melawan rasisme dan kekerasan," katanya di depan para warga Jerman yang ikut memberi ucapan duka.

Kantor berita lokal Jerman, melaporkan bahwa polisi kini sedang memeriksa video yang dicurigai telah diposting online, beberapa hari sebelum penembakan.

Di sana, pelaku Rathjen bicara tetang teori konspirasi Amerika, dimana anak-anak dilecehkan dan dibunuh.

Keaslian video ini tidak bisa segera diverifikasi.

Dalam video itu, Rathjen menggunakan setelan baju yang rapi.

Dia berpesan untuk warga Amerika, bahwa pemerintah sedang mengawasi mereka.

Dengan bahasa Inggris beraksen Jerman, dia mengatakan ada pangkalan militer di bawah tanah untuk melakukan perbuatan keji kepada anak-anak itu.

Dia tidak merujuk pada gerakan QAnon di Amerika, tapi lebih kepada tuduhan tak mendasar kepada Presiden Amerika, Donald Trump.

Menurutnya, presiden Amerika sedang melakukan gerakan rahasia untuk melawan musuh di negara bagian, melakukan perjualan manusia untuk budak seks yang dipengaruhi oleh setan pedofil dan kanibal.

Rathjen juga menulis daftar orang-orang dari sejumlah negara, yang menurutnya harus dimusnahkan.

Antara lain Maroko, Aljazair,Tunisia, Libya, Mesir, Israel, Suriah, Yordania, Lebanon, Semenanjung Arab lengkap, Turki, Irak, Iran, Kazakhstan, Turkmenistan, Uzbekistan, India, Pakistan , Afghanistan, Bangladesh, Vietnam, Laos, Kamboja dan Filipina.

Senior Pusat Studi Radikalisasi Internasional di Universitas King London, Inggris menilai kepercayaan semacam ini semakin umum terjadi di kalangan ekstrimis sayap kanan yang kejam.

Pada sebuah website yang didaftarkan dengan nama Rathjen, disana terungkap bahwa Rathjen lahir dan tumbuh di Kota Hanau, Jerman pada 1977.

Dia sempat belajar di sebuah bank, dan berhasil menyelesaikan gelar bisnisnya pada 2007.

Kekerasan ini, terjadi di tengah kekhawatiran Jerman tentang perkembangan terorisme di sana.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved