Iran Vs Amerika Memanas
Donald Trump Perintahkan Bunuh Jenderal Iran untuk Hentikan Perang, tetapi Nyatanya Tak Semudah Itu
Donald Trump Perintahkan Bunuh Jenderal Iran untuk Hentikan Perang, tetapi Nyatanya Tak Semudah Itu
Saat kedoknya terbongkar, Al-Muhandis melarikan diri dari Baghdad untuk menyeberang ke Iran.
Di hari tewasnya Soleimani, 3 Januari 2020, Al-Muhandis berada di sana.
Ia berada di bandara Baghdad Irak untuk menyambut sang jenderal.
Pesawat Soleimani baru saja mendarat dan ia sedang bersama Al-Muhandis dalam konvoi meninggalkan bandara ketika drone menyerang, membunuh mereka berdua.
Pembunuh, tapi Bukan Teroris

Soleimani disebut sebagai pembunuh yang telah menghilangkan banyak nyawa Amerika.
Bahkan Presiden Trump menyebutnya sebagai sebagai teroris.
Soleimani melatih tentara dan mempersenjatai mereka.
Soleimani bertempur dalam perang Iran-Irak tahun 1980-an, versi dunia modern dari Perang Dunia I di mana ada serangan gas kimia, pembunuhan, dan pertumpahan darah yang diharapkan dunia tak akan pernah terjadi lagi.
Soleimani naik pangkat militer hingga menjadi pemimpin pasukan militer elit bernama Pasukan Quds atau Angkatan Yerusalem.
Iran memiliki dua tentara, angkatan laut dan angkatan udara.
Satu untuk melindungi negara.
Sementara lainnya, Pasukan Pengawal Revolusi Iran (IRGC), untuk melindungi revolusi agama negara itu.
Dan di antara IRGC, Quds adalah pasukan elit dari yang paling elit.
Anggotanya bisa berbicara berbagai bahasa.