Lima orang jadi simbol perlawanan di Cile, Irak, Hong Kong, Kolombia, dan Libanon
Aksi protes di berbagai belahan dunia pada 2019 menjadi terkenal lantaran ketidakmunculan pemimpin, tetapi itu tidak berarti bahwa mereka tidak
Perempuan itu - diyakini sebagai tenaga medis sukarela - terluka setelah proyektil menembus kacamata yang dikenakannya.
Ketika rekaman video memperlihatkan seorang perempuan terbaring di tanah dengan darah mengalir dari mata kanannya, kejadian ini kemudian menjadi viral.
Wajah dan luka di matanya segera menjadi simbol dari apa yang dikatakan pemrotes sebagai tindakan kepolisian Hong Kong yang semakin brutal.
4. KOLOMBIA: Dilan Cruz

Dilan Cruz, mahasiswa Kolombia berusia 18 tahun, tewas pada November setelah polisi anti huru hara menembak kepalanya dengan peluru tajam, hanya beberapa hari sebelum dia lulus dari sekolah menengah.
Teman-temannya mengatakan dia ingin belajar administrasi bisnis, namun dia mengaku membutuhkan danan untuk melanjutkan kuliah.
Dia bergabung dengan pawai protes di ibu kota, Bogota, untuk menyoroti kesulitan-kesulitan yang dialami para siswa seperti dirinya dalam mengakses pendidikan tinggi.
Kematiannya menyebabkan kemarahan dan memicu unjuk rasa baru yang mengecam apa yang mereka katakan sebagai tanggapan aparat kepolisian polisi yang dianggap bertangan besi.
5. LIBANON: Alaa Abu Fakher

Alaa Abou Fakhr, pejabat lokal berusia 38 tahun di ibu kota Libanon, Beirut, yang berafiliasi dengan Partai Sosialis Progresif.
Dia ditembak mati oleh tentara Libanon pada 12 November, sebulan setelah demonstrasi digelar, saat dia terlibat pawai anti-pemerintah dan anti-korupsi yang sebagian besar berlangsung damai.
Kendatipun dia adalah orang kedua yang tewas dalam protes itu, cara dia terbunuh - tentara menembakkan peluru tajam untuk membubarkan massa di sekitar penghalang jalan - melahirkan kemarahan yang meluas.