Demonstrasi di Hongkong
Hong Kong jatuh ke resesi ekonomi pertama dalam satu dekade di tengah unjuk rasa berkepanjangan
Hong Kong untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir mengalami resesi ketika di teritori bekas milik Inggris ini terjadi unjuk rasa selama
Hong Kong untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir mengalami resesi ekonomi ketika di teritori bekas milik Inggris ini terjadi unjuk rasa selama berbulan-bulan.
Ekonomi Hong Kong menyusut 3,2% selama periode Juli hingga September dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Artinya, ekonomi negara itu telah mengalami kontraksi - pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif atau penurunan produk domestik bruto (PDB) - selama dua kuartal berturut-turut, yang merupakan definisi umum dari resesi ekonomi.
Wisatawan menjauh, sementara toko-toko merugi di tengah bentrok antara demonstran antipemerintah dan polisi.
"Permintaan domestik memburuk secara signifikan pada kuartal ketiga, karena insiden menyebabkan ambruknya aktivitas konsumsi dan menjatuhkan prospek ekonomi yang bergantung pada konsumsi dan sentimen investasi," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Negara itu kini memperkirakan perekonomian mereka akan menyusut sebesar 1,3% untuk setahun penuh.

"Mengakhiri kekerasan dan memulihkan ketertiban sangatlah penting bagi pemulihan ekonomi. Pemerintah akan terus memantau situasi dan menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung perusahaan dan perlindungan," kata pemerintah.
- Hong Kong: 'Saya terkena gas air mata saat sedang makan siang'
- Demonstrasi Hong Kong: Seorang pria 70 tahun tewas setelah 'dihantam benda keras' di tengah bentrokan
- Dari Jakarta, Hong Kong hingga Beirut: Mengapa terjadi banyak aksi protes di dunia?
Kenapa terjadi unjuk rasa di Hong Kong?

Hong Kong - koloni Inggris hingga tahun 1997 - merupakan bagian dari China di bawah model yang dikenal dengan sebutan "satu negara, dua sistem".
Dengan model itu, Hong Kong memiliki derajat otonomi yang tinggi dan masyarakatnya memiliki kebebasan yang tidak ditemui di kawasan China daratan.
Aksi unjuk rasa sendiri dimulai pada Juni lalu setelah pemerintah Hong Kong berencana untuk mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) yang memungkinkan tersangka kasus kejahatan diekstradisi ke China daratan.
Banyak yang khawatir undang-undang itu akan merusak kebebasan berpendapat dan independensi peradilan Hong Kong.

RUU itu pada akhirnya ditarik, akan tetapi unjuk rasa tetap berlanjut dan berkembang menjadi aksi perlawanan yang lebih luas terhadap polisi dan bagaimana Hong Kong dikelola oleh Beijing.
Unjuk rasa terjadi setiap akhir pekan selama beberapa bulan terakhir, menyebabkan gangguan yang meluas. Bentrok antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan sudah menimbulkan korban jiwa.
Pada hari Kamis (14/11), seorang petugas kebersihan berusia 70 tahun tewas setelah kepalanya dihantam ketika demonstrasi terjadi di kota perbatasan Hong Kong, Sheung Shui.