'Saya tak bisa bernafas, maafkan saya ibu, perjalanan ke negeri asing gagal': SMS terakhir korban di kontainer dengan 39 jenazah di Inggris
Enam warga Vietnam dikhawatirkan termasuk di antara 39 jenazah yang ditemukan di kontainer di Inggris dengan pesan SMS terakhir kepada orang
Paling tidak enam dari 39 jenazah yang ditemukan di truk kontainer berpendingin di Essex, Inggris diperkirakan berasal dari Vietnam.
BBC mendapatkan informasi ini dari enam keluarga Vietnam yang khawatir sanak saudara mereka termasuk di antara korban.
Korban dari Vietnam termasuk Pham Thi Tra My, 26, yang hilang kabarnya sejak ia mengirimkan SMS pada Selasa (22/10) dan mengatakan ia tidak bisa bernafas di kontainer kulkas dengan suhu dapat mencapai -25C.
Polisi saat ini memeriksa empat orang terkait temuan 39 jenazah ini, dengan pria berumur 48 tahun dari Irlandia Utara yang terakhir ditangkap di bandara Stansted.
- Cerita penyintas yang diselundupkan ke Inggris memakai kontainer: 'Seperti kuburan berjalan'
- Puluhan jenazah ditemukan di dalam truk kontainer di Inggris
- Puluhan jenazah di dalam truk kontainer di Inggris berkebangsaan China
Abang Tra My, Pham Ngoc Tuan, mengatakan mereka membayar sekitar Rp500 juta kepada penyelundup untuk membawa adiknya ke Inggris. Lokasi terakhir dia adalah di Belgia.
Para penyelundup diketahui telah mengembalikan uang kepada sejumlah keluarga.
Abang Tra My juga mengatakan kepada BBC, "Adik saya hilang pada tanggal 23 Oktober dalam perjalanan dari Vietnam ke Inggris dan kami tak dapat mengontaknya. Kami khawatir dia berada di kontainer itu.
"Saya tak bisa bernafas"
"Kami bertanya kepolisian Inggris untuk membantu menyelidiki sehingga adik saya bisa dikembalikan ke keluarga kami," tambahnya.
Pesan terakhir yang diterima dari Tra My adalah pada pukul 22:30 waktu setempat Selasa (22/10), dua jam sebelum kontainer itu tiba di terminal Purfleet dari Zeebrugge, Belgia.
Keluarganya menunjukkan SMS yang ia kirim ke orang tuanya dan berbunyi, "Maaf sekali, maafkan saya ibu dan bapak, perjalanan saya ke negeri asing gagal.
"Saya sekarat, saya tak bisa bernafas. Saya sangat sayang ibu dan bapak. Maafkan saya, ibu."

Abang Tra My mengatakan kepada BBC bahwa perjalanannya ke Inggris dimulai pada tanggal 3 Oktober. Ia mengatakan keluarganya tak dapat mengontaknya karena "orang yang mengurus" tidak mengizinkannya menerima telpon.
"Dia terbang ke China dan berada di sana dua hari dan kemudian terbang ke Prancis," kata abang Tra My.
"Dia mengontak kami setiap dia sampai pada satu tujuan. Upaya pertama menyeberang ke Inggris dilakukan pada 19 Oktober, namun ia ditangkap dan dikembalikan. Saya tak tahu pelabuhan mana."