Operasi militer: Erdogan tolak desakan AS untuk akhiri serangan Turki ke Suriah
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menolak desakan Amerika Serikat untuk melakoni gencatan senjata di bagian utara Suriah. Erdogan menegaskan,
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menolak desakan Amerika Serikat untuk melakoni gencatan senjata di bagian utara Suriah. Erdogan menegaskan, serangan Turki akan berlanjut.
"Mereka berkata 'nyatakan gencatan senjata'. Kami tidak akan pernah menyatakan gencatan senjata," seru Erdogan.
"Mereka menekan kami untuk menghentikan operasi. Mereka mengumumkan beragam sanksi. Tujuan kami jelas. Kami tidak khawatir tentang sanksi apapun," lanjutnya.
Komentar tersebut mengemuka ketika Wakil Presiden AS, Mike Pence, dan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, sedang bersiap ke Turki guna mendorong perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai.
Sebelumnya, pemerintah AS menjatuhkan sanksi terhadap dua kementerian Turki dan tiga pejabat senior pemerintah Turki sebagai respons atas serangan militer negara itu ke bagian utara Suriah.
Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, mengatakan sanksi-sanksi yang diberikan "sangat kuat" dan punya dampak berat terhadap ekonomi Turki.
Menurut Wapres Mike Pence, Presiden Donald Trump telah menelpon Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, guna mendesak gencatan senjata sesegera mungkin.
- Penarikan pasukan Amerika Serikat atas perintah Trump mengubah bentuk perang Suriah
- Serangan Turki di Suriah, jumlah korban meninggal dan pengungsi melonjak
- Apakah aksi militer Turki di Suriah akan membangkitkan ISIS?

Pada perkembangan lain, Rusia menyatakan tidak akan membiarkan bentrokan antara pasukan Turki dan Suriah, tatkala Turki melancarkan serangan di Suriah utara.
"Ini tidak bisa diterima... dan karena itu kita tidak akan membiarkannya, tentu saja," kata utusan khusus Moskow untuk Suriah, Alexander Lavrentyev.
Penarikan pasukan AS dari wilayah, yang diumumkan pada pekan lalu, memberi Turki "lampu hijau", kritik para pengamat.
Rusia adalah sekutu militer utama pemimpin Suriah Bashar al-Assad.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya, yang telah dikerahkan di Suriah sejak 2015, berpatroli di sepanjang "garis kontak" antara pasukan Suriah dan Turki.
Kemudian pada Selasa (15/10), Pentagon mengatakan jet-jet tempur F-15 dan helikopter tempur Apache telah dikerahkan dalam unjuk kekuatan terhadap pasukan yang disokong Turki, yang telah mendekati pasukan darat AS di dekat kota Ain Issa di Suriah.
Para pejuang yang didukung Turki telah melanggar perjanjian untuk tidak mengancam pasukan AS, kata seorang pejabat militer.

Apa yang dikatakan utusan Rusia untuk Suriah?