Topan Hagibis: Jepang kerahkan militer selamatkan warga dari banjir dan longsor
Sedikitnya 18 orang meninggal dunia setelah salah satu badai terkuat menerjang Jepang tengah.
Jepang mengerahkan puluhan ribu tentara dan petugas penyelamat setelah salah satu badai terkuat dalam 60 tahun melanda, menewaskan sedikitnya 18 orang.
Topan Hagibis menerjang selatan Tokyo pada Sabtu, kemudian bergerak ke utara dan menyebabkan banjir besar.
Tiga belas orang hilang selama badai terjadi, menurut penyiar televisi NHK.
- Topan Hagibis hantam Jepang, lima orang dilaporkan meninggal dunia
- Topan Trami melanda Jepang, puluhan orang cedera
- Topan Faxai hantam Jepang, 100 penerbangan dibatalkan
Di prefektur Nagano tengah, air mengepung kereta cepat Jepang yang terkenal sementara helikopter menjemput warga yang menyelamatkan diri di atap rumah.
Sebanyak 27.000 tentara dan kru penyelamat lain telah dikerahkan dalam operasi bantuan, kata pihak berwenang.
"Pemerintah akan melakukan yang terbaik," kata Perdana Menteri Shinzo Abe, berjanji akan mengerahkan lebih banyak pasukan jika diperlukan.

Perempuan lanjut usia turun dari helikopter
Di kota Kawagoe, utara Tokyo, tim SAR menggunakan perahu untuk membantu warga yang terjebak di panti jompo.
Hampir 150.000 rumah di wilayah Tokyo yang lebih besar tanpa aliran listrik juga terkena air. Layanan kereta dan penerbangan dibatalkan karena ancaman Hagibis kembali.
Banyak kematian terjadi ketika orang-orang terkubur dalam tanah longsor atau hanyut oleh banjir.
Seorang perempuan berusia 70-an tahun meninggal setelah secara tidak sengaja terjatuh ketika sedang dipindahkan oleh helikopter penyelamat, AP melaporkan, mengutip pejabat pemadam kebakaran.
Beberapa daerah di Jepang mengalami hujan lebat dengan 40% dari curah hujan rata-rata hanya dalam sehari saja.

Di kota Hakone yang berada dekat Gunung Fuji, hujan deras terus turun sejak Jumat hingga Sabtu.
Hujan juga melanda pertanian membuat ladang dan gudang tergenang air.
"Kami tidak pernah mengalami banjir seperti ini sebelumnya," kata seorang petani di kota Higahsi Matsuyama di barat laut Tokyo kepada AFP.

Olahraga terganggu