Hong Kong: Warga kaya mencari 'visa emas' seiring demonstrasi terus berlanjut
Firma migrasi melaporkan lonjakan minat dari Hong Kong pada skema yang menawarkan paspor sebagai imbalan investasi.
Semakin banyak warga kaya di Hong Kong berburu paspor baru seiring unjuk rasa yang berlarut-larut membuat masa depan di wilayah tersebut menjadi tidak pasti.
Banyak negara menjalankan skema "visa emas" yang menawarkan hak penduduk atau kewarganegaraan sebagai imbalan investasi yang cukup besar.
Beberapa perusahaan migrasi melaporkan lonjakan minat dari Hong Kong untuk visa seperti ini sejak kerusuhan dimulai.
Mereka mengatakan tanpa resolusi yang terlihat, masyarakat mencari "asuransi".
- Harga hunian tidak terjangkau, banyak pasutri di Hong Kong harus hidup sendiri-sendiri
- Veby Mega Indah, jurnalis asal Indonesia, 'buta karena tembakan polisi' di Hong Kong
- 'Saya tidak punya harapan apa-apa untuk masa depan saya di Hong Kong'
Protes di Hong Kong dimulai pada Juni silam, dipicu oleh usulan undang-undang yang akan memungkinkan ekstradisi tersangka kriminal dari Hong Kong ke daratan China.
Meskipun RUU itu telah ditarik, demonstrasi terus mengguncang kota selama berbulan-bulan dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera mereda.
Dengan latar belakang itu, berbagai agen imigrasi mengatakan kepada BBC bahwa mereka menyaksikan peningkatan tajam dalam minat warga Hong Kong terhadap skema visa investor.

Program seperti ini ada di seluruh dunia, khususnya di Eropa dan Karibia. Biasanya, negara mensyaratkan pembelian properti, obligasi pemerintah, atau sumbangan tertentu untuk mendapatkan visa.
Investasi minimum sangat bervariasi — dari sumbangan $100.000 (Rp1,4 miliar) di Antigua dan Barbuda, hingga sekitar €2 juta (Rp31 miliar) dalam investasi real estat untuk Siprus.
Membeli 'asuransi'
John Hu Migration Consulting yang berbasis di Hong Kong menyaksikan peningkatan empat kali lipat dalam penjualan dan pertanyaan dari penduduk setempat tentang skema visa emas sejak bulan Juni.
Pendiri perusahaan, John Hu, mengatakan kerusuhan baru-baru ini di wilayah bekas jajahan Inggris itu telah menjadi "katalis" untuk peningkatan tiba-tiba itu.
"Ketika protes menjadi lebih keras dan tampaknya pemerintah tidak berbuat banyak untuk menyelesaikan situasi saat ini, mereka merasa terdesak untuk membeli asuransi," katanya.
Tergoda oleh kebebasan bergerak di dalam UE dan persyaratan tinggal yang minimal, Hu mengatakan kebanyakan orang tertarik pada skema Eropa termasuk Irlandia, Portugal, dan Malta.
Perusahaan John Hu telah mengurus lebih dari 30 aplikasi visa emas baru untuk Irlandia sejak protes dimulai, yang mensyaratkan sumbangan minimal €500.000 (Rp7,7 miliar) atau € 1juta euro (Rp 15,5 miliar) yang diinvestasikan ke perusahaan Irlandia.