Amazon: Suku-suku asli Brasil hentikan perang demi kelestarian lingkungan
Berseteru dan saling berperang selama satu abad terakhir hingga nyaris memicu kepunahan, komunitas suku-suku asli di Brasil kini bersatu menentang
Menanggapi pidato itu, dua kepala suku Kayapo berdiri lalu bersumpah mengirim prajurit untuk mengusir penjajah. Janji itu disambut riuh rendah oleh semua peserta forum.
Pada hari terakhir pertemuan, muncul momen simbolik lainnya ketika Kayapo mengundang perwakilan orang-orang Panara, musuh lama kelompoknya, untuk menampilkan lagu dan tarian tradisional.
Dengan tubuh berhias cat yang diekstraksi dari buah tropis, keempat perwakilan Panara bernyanyi. Mereka mendapat tepuk tangan hangat dari Kayapo.
Sebagian orang menganggap peristiwa itu sebagai pertanda perseteruan lama di antara kelompok-kelompok itu telah berakhir.

Selamat dari kepunahan
Menurut catatan sejarah, dua kelompok suku itu pertama kali berperang tahun 1922. Pada 1968, Kayapo disebut membantai seluruh penghuni Desa Panara.
Kelangsungan hidup suku Panara semakin berisiko ketika pada dekade 1970-an, pemerintah meresmikan BR-163, jalan raya penghubung kawasan utara dan selatan Brasil.
Jalan raya itu adalah salah satu siasat rezim militer Brasil untuk mengintegrasikan penghuni Amazon dengan komunitas masyarakat lain.
Dengan jumlah anggota suku yang makin menipis dan di tengah serangan kelaparan serta penyakit, sekitar 200 orang yang selamat dari Panara dipindahkan ke selatan, ke Taman Adat Xingu.
Pada tahun 1997, komunitas suku Panaras kembali ke tanah asalnya di sepanjang jalan raya BR-163.

Sejak diberikan hak atas hutan lindung, populasi komunitas itu berlipat tiga kali dari periode sebelumnya.
"Kami membunuh Kayape, Kayape membunuh kami, kami bertarung dengan Kayabi."
"Tapi kami tidak tahu tentang ancaman yang datang dari orang kulit putih," kata pemimpin Panara, Sinku Panara, kepada BBC melalui seorang penerjemah.
"Jadi kami mendinginkan kepala. Kami berdamai, berbicara satu sama lain dan tidak akan bertarung lagi."