'Jakarta akan tetap macet, krisis air, udara buruk' walaupun ibu kota pindah ke Kalimantan Timur
Kepindahan ibu kota dinilai tidak akan menyelesaikan masalah Jakarta, mengingat kontribusi beban pemerintahan beserta para aparatur sipil negara
Pengamat perkotaan, Rendy A. Diningrat, menyebut Jakarta bisa diselamatkan jika warganya semakin percaya pada fasilitas publik. Salah satunya transportasi massal.
"Kalau trennya itu kan mulai banyak yang percaya pada transportasi publik dan kualitasnya makin bagus. Sebenarnya kalau melihat tren itu kita bisa optimis bahwa Jakarta bisa dibenahi," ujar Rendy.
Penelitiannya atas perpindahan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik, terlihat semakin baik. Pada tahun 2016 misalnya, perpindahan kendaraan pribadi yang melintas di Jakarta berkurang sekitar satu juta.
Selain itu, penggunaan Kereta Rel Listrik (KRL) sejak tahun 2013 sampai 2016, terus meningkat setidaknya 600.000-700.000 orang.
Karenanya, Rendy menilai, warga Jakarta tidak bergantung pada pemerintah pusat untuk menyelesaikan problem kotanya.
"Jangan ada narasi, kalau ibu kota pindah ke Kalimantan berarti pemerintah pusat meninggalkan Jakarta. Lho kan ada pemerintah provinsi, mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas masalah di Jakarta."
"Kalau bergantung pada pusat, artinya mereka sedang berimajinasi sebuah negara yang sentralistik."