Kebakaran hutan di Amazon mencapai rekor, kata badan antariksa Brasil
Badan riset antariksa Brasil mengatakan kebakaran di hutan hujan Amazon meningkat 83%, di tengah pertambahan deforestasi.
Jumlah kebakaran di hutan hujan Amazon telah mencapai rekor pada tahun ini, menurut data terbaru dari badan riset antariksa Brasil.
Institut Nasional untuk Riset Antariksa (Inpe) mengatakan data satelitnya menunjukkan insiden kebakaran hutan meningkat 83% dibandingkan jumlah dalam periode yang sama pada 2018.
Temuan ini diungkapkan beberapa pekan setelah Presiden Jair Bolsonaro memecat kepala badan tersebut terkait data deforestasi.
Asap dari api menyebabkan langit gelap di kota Sao Paolo pada Senin kemarin (21/08).
- Kebakaran hutan: Ancaman Jokowi pecat pejabat TNI-Polri 'pepesan kosong', kata aktivis lingkungan
- Hutan seluas 'lapangan sepak bola' di Amazon Brasil hilang setiap menit
- Kerusakan Amazon akibat penambangan ilegal dapat disaksikan dari luar angkasa
Kegelapan pada siang hari itu, yang berlangsung selama sekitar satu jam, terjadi setelah angin kuat membawa asap dari kebakaran hutan di negara bagian Amazonas dan Rondonia, yang berjarak lebih dari 2.700km dari Sao Paolo.

Para konservasionis menyalahkan Bolsonaro, mengatakan bahwa sang presiden telah mendorong para penebang kayu dan petani untuk membuka lahan.
Mengapa terjadi kebakaran di Amazon?
Inpe mengatakan mereka mendeteksi lebih dari 72.000 kebakaran antara Januari dan Agustus — angka terbesar pencatatan dimulai pada 2013. Badan itu mengatakan telah mengamati lebih dari 9.500 kebakaran hutan sejak Kamis pekan lalu (15/08), sebagian besar di wilayah Amazon.

Citra satelit menunjukkan negara bagian paling utara Brasil, Roraima, diselimuti asap gelap; sementara wilayah tetangganya, Amazonas, menyatakan kondisi darurat terkait kebakaran hutan.
Kebakaran hutan sering kali terjadi pada musim kering di Brasil, tapi juga bisa disulut dengan sengaja dalam upaya penggundulan lahan secara ilegal untuk peternakan hewan.
Bolsonaro menepis data terbaru, mengatakan bahwa ini "musimnya queimada", ketika para petani menggunakan api untuk membuka lahan.
"Saya pernah dijuluki Captain Chainsaw (Kapten Gergaji Mesin). Sekarang saya Nero, mengobarkan api di Amazon," ujarnya seperti dikutip kantor berita Reuters.

Bagaimanapun, Inpe menyoroti bahwa angka kebakaran tidak selaras dengan angka yang biasanya dilaporkan selama musim kering.
"Tidak ada yang abnormal dengan iklim tahun ini ataupun curah hujan di wilayah Amazon, yang hanya sedikit di bawah rata-rata," kata peneliti Inpe, Alberto Setzer, kepada Reuters.