Sabtu, 4 Oktober 2025

'Chimera manusia-hewan', mengapa Jepang jadi negara pertama yang mengizinkan ilmuwan mengembangkannya?

Hibrida manusia dan hewan semakin mendekati kenyataan setelah pemerintah Jepang menjadi pihak pertama yang mengizinkan tim peneliti untuk tidak

Hibrida antara manusia dan hewan dalam cerita Yunani kuno disebut sebagai "chimera".

Makhluk ini tampaknya semakin mendekati kenyataan, setelah pemerintah Jepang menjadi pihak pertama yang mengizinkan tim peneliti untuk tidak hanya membiakan organ manusia di dalam embrio binatang, tetapi membolehkan embrio ini dilahirkan.

Penelitian yang dipimpin Hiromitsu Nakauchi, dari Universitas Tokyo dan Stanford, melibatkan penyuntikan sel punca manusia pada tikus yang telah direkayasa, dan dapat diprogram ulang untuk mengembangkan pankreas.

Embrio kemudian akan dicangkokan pada binatang pengganti. Tujuan utama Nakauchi adalah agar binatang dapat membiakan organ manusia yang dapat dicangkokan pada manusia.

Sebelumnya, Jepang mewajibkan para peneliti untuk membunuh embrio binatang yang dicangkokan sel manusia setelah 14 hari dan melarang embrio tersebut ditempatkan dan tumbuh pada rahim binatang.

Tetapi pembatasan tersebut telah dicabut, sehingga memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan izin bagi proyek penelitian.

Penyuntikan sel punca.
Getty Images
Embrio chimera manusia-binatang tidak pernah diizinkan untuk dilahirkan.

Masalah etika

Nakauchi bukanlah peneliti pertama terkait hal ini. Ia dan para peneliti lainnya sebelumnya telah membiakan sel manusia pada tikus, babi dan bahkan di embrio domba.

Tujuan para peneliti adalah memasok organ manusia bagi pencangkokan, terutama yang sedikit persediaannya - seperti pankreas.

Pada tahun 2017, Nakauchi berhasil menyembuhkan tikus berpenyakit diabetes dengan cara menumbuhkan pankreas tikus sehat pada embrio tikus sebelum dicangkokkan pada tikus sakit.

Tetapi sampai sejauh ini percobaan yang melibatkan sel manusia harus dihentikan karena alasan hukum atau kegagalan percobaan.

Penelitian memunculkan kekhawatiran etika terkait kemungkinan sel manusia akan berada di otak binatang, sehingga dapat "memanusiakan" kognisi binatang.

Tetapi Nakauchi sepakat merancang percobaannya sedemikian rupa "sehingga sel hanya akan terkait dengan pankreas".

Pada bulan Juli, panel ahli Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi (MEXT) menyetujui penelitiannya selama memenuhi persyaratan dan proses tertentu.

Domba
Getty Images
Sangat sedikit sel manusia yang memasuki tubuh binatang sehingga ciri manusia tidak akan berkembang, kata Prof Nakauchi.

"Binatang dengan wajah manusia tak akan pernah dilahirkan"

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved