Selasa, 30 September 2025

Bianca Devins: Kisah pembunuhan seorang remaja yang dieksploitasi di media sosial

Foto-foto pembunuhan Bianca Devins dibagikan secara luas di dunia maya. Pengamat teknologi mengatakan kejadian ini mengungkap masalah yang lebih

Pada hari Selasa, pengguna itu mengklaim telah mengumpulkan lebih dari 1.000 permintaan pengikut dan sekitar 100 pesan. Mereka bahkan mempertimbangkan untuk mencoba menagih uang untuk gambar-gambar Bianca, kata mereka.

Instagram mengatakan kepada BBC bahwa mereka sedang meninjau tagar dan akun yang digunakan orang-orang yang mengklaim membagikan konten kekerasan itu. Pada waktu tulisan ini terbit, sebagian besar tampaknya telah dihapus.

Foto Bianca bersama ibunya
Beegtfo
Ibu Bianca (kanan) berkata keluarga mereka "remuk karena kehilangan malaikat cantik kami".

Masalah yang dihadapi perusahaan media sosial

Dr. Densley mengatakan kasus seperti Bianca mengungkap "struktur insentif yang aneh" dalam media sosial yang kita gunakan setiap hari.

"Seluruh usaha ini dibangun di atas angka likes dan retweet dan teman dan pengikut yang Anda kumpulkan," ujarnya, menjelaskan bahwa orang yang melakukan kekerasan di dunia maya melihat nilai dalam penghujatan yang bisa didapatkannya.

Ia berkata mereka yang melihat gambar-gambar kekerasan kemudian menghadapi pilihan: "Apakah saya melaporkannya? Apakah saya mengabaikannya dan berpura-pura tidak melihatnya? Atau apakah saya menangkapnya dengan cara saya sendiri, dan kemudian membagikannya sendiri?"

Persebaran gambar pembunuhan Bianca kembali menyoroti cara media sosial dipantau dari hari ke hari, hanya empat bulan setelah berbagai platform berjuang untuk mencegah penyebaran video sadis dari serangan Christchurch.

Situs seperti Instagram, Twitter, dan Facebook memang mempekerjakan moderator manusia — tapi juga mengandalkan teknologi kecerdasan buatan dan laporan pengguna untuk mendukung sistem mereka.

Jumlah anggota mereka, yang dalam kasus Instagram adalah satu miliar pengguna per bulan, menjadi tantangan yang luar biasa.

"Mereka menggunakan teknik yang disebut hashing - yang pada dasarnya menciptakan sidik jari digital dari suatu gambar atau video," kata reporter teknologi BBC Zoe Kleinman. "Ini berarti apa pun yang menggunakan sidik jari itu dapat secara otomatis ditandai dan dihapus, atau bahkan diblokir pada saat pengunggahan."

"Tapi, itu hanya berfungsi jika konten aslinya disalin secara keseluruhan. Jika gambar atau video diedit atau dipotong," sidik jari "tidak lagi lengkap dan bisa lebih sulit untuk diidentifikasi."

Bianca di antara hadiah kelulusan dan balon berbentuk tulisan 2019
GoFundMe
Bianca baru saja lulus SMA.

Kasus Bianca, setelah kasus Christchurch, tidak akan mengurangi tekanan pada platform media sosial dari pemerintah internasional. Inggris dan Australia telah mengumumkan peraturan baru yang mengancam perusahaan media sosial dengan denda, atau bahkan tuntutan pidana, jika gagal memoderasi konten mereka dengan baik.

Tahun ini, eksekutif Facebook menerapkan pembatasan baru pada perangkat live-streaming mereka. Instagram juga meluncurkan inisiatif anti perisakan baru dan penindakan terhadap konten tentang melukai diri sendiri setelah kasus bunuh diri seorang remaja Inggris.

Perusahaan media sosial telah menegaskan kembali komitmen terhadap pedoman komunitas mereka sejak kematian Bianca. Meskipun demikian, beberapa konten kekerasan masih bisa lolos. Pada saat versi bahasa Inggris tulisan ini terbit, BBC menemukan foto-foto mayat Bianca yang paling jelas – diunggah hingga dua pekan yang lalu – masih ada di Twitter.

Internet melawan balik

Sehari setelah pembunuhan Bianca, ibu tirinya mengecam mereka yang membagikan gambar putrinya sebagai "menjijikkan".

"Saya SELAMANYA akan mengingat gambar-gambar itu dalam pikiran saya ketika saya memikirkan putri saya. Ketika saya menutup mata, gambar-gambar itu menghantui saya," ia menulis di Facebook, meminta orang-orang untuk mempertimbangkan perasaan keluarganya dan melaporkan konten yang menyinggung.

Banyak yang melakukannya. Dan banyak yang telah melangkah lebih jauh, menunjukkan bagaimana komunitas dunia maya bisa bertindak sebagai kekuatan untuk kebaikan.

Perang spam di dunia maya telah diluncurkan terhadap mereka yang mencoba mengeksploitasi kematian Bianca. Akun-akun bermunculan untuk menggunakan tag yang digunakan untuk berbagi foto dan meme kejam tentang remaja itu.

Foto kucing dan #pinkforbianca
Instagram
Kampanye di akar rumput bertekad untuk membanjiri Instagram dengan tagar #PinkForBianca

Sebagai gantinya, puluhan ribu pemandangan awan berwarna pastel, bunga, hati, dan foto-foto binatang lucu kini mengisi kiriman-kiriman dengan tagar itu.

Sebagian besar akun tampaknya dijalankan oleh gadis-gadis seusia Bianca, yang tampaknya menghabiskan waktu berjam-jam untuk upaya tersebut. Banyak akun juga menawarkan dukungan emosional dan panduan tentang cara melaporkan konten yang mengecewakan.

Seorang gadis remaja bernama Taylor telah membagikan hampir 1.000 gambar "filler" pada akun yang dia buat.

"Melihat gambar-gambar di dunia maya membuat saya sedih," katanya dalam pesan pribadi dari akunnya. "Saya ingin melakukan apa saja untuk melindungi Bianca dan keluarganya."

Seorang remaja berusia 19 tahun bernama Brianna adalah di antara mereka yang menciptakan karya seni Bianca sebagai bagian dari perjuangan untuk membasmi foto-foto kekerasan.

"Saya senang keluarganya tahu bahwa di antara semua kengerian itu, orang-orang masih peduli," katanya kepada BBC.

Naomi, 21, yang menjalankan akun lain, setuju: "Saya tidak bisa membiarkan monster-monster ini menang."

Ibu Bianca, Kimberly Devins adalah salah satu anggota keluarganya yang menerima #PinkForBianca dan menggunakan tagar itu di akun media sosialnya sendiri.

Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Rabu, dia berkata: "Hati saya benar-benar hancur, karena kehilangan sahabat saya. Kita akan selalu ingat senyum indahnya yang menerangi hidup kita. Semangatnya akan menguatkan kita dan hidup selamanya."

Acara penghormatan untuk Bianca Devins di Utica
Utica Observer-Dispatch
Acara penghormatan untuk Bianca Devins digelar di Utica.

Setelah mengadakan pemakaman untuk Bianca, keluarganya juga meluncurkan dana beasiswa atas namanya, dengan harapan orang lain dapat memenuhi mimpinya membantu kaum muda dengan penyakit mental.

Kimberly Devins berterima kasih kepada mereka yang berbagi dukungan untuk keluarga, dan memohon orang untuk terus menyebarkan pesan "cinta, bukan kekerasan" atas nama putrinya.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan