Pernah Jadi Pemulung, Mahasiswi Ini Jadi Lulusan Terbaik di Australia
Sophy menghabiskan masa kecilnya dengan mengais sampah di Phnom Penh demi membantu keuangan keluarganya.
TRIBUNNEWS.COM, AUSTRALIA - Seorang mahasiswi asal Kamboja yang pernah menjadi pemulung, Sophy Ron, lulus dengan prestasi yang membanggakan di Trinity College, University of Melbourne, Australia pada Jumat (24/5/2019).
Dilansir dari AsiaOne, Sophy menghabiskan masa kecilnya dengan mengais sampah di Phnom Penh demi membantu keuangan keluarganya.
Dengan demikian, ia tidak merasakan masa-masa mengenyam pendidikan sampai usia 11 tahun.
Sophy dan keluarganya saat itu bertahan hidup dengan berharap mendapatkan makanan yang dibuang, dan berhasil didapatnya dalam keadaan baik dari tempat sampah.
Baca: Kisah Sukses Pemulung Jadi Petani Kaya, Ingin Umrohkan Warga Satu Desa
Hingga kemudian, sebuah organisasi nirlaba bernama Cambodian Children's Fund (CCF) menyelamatkan Sophy dari rutinitas menghirup asap beracun dan mencari sisa-sisa makanan.
Lembaga itu memberinya beasiswa penuh.
Kala itu, CCF menjalankan program pendidikan yang mencakup fasilitas pendidikan dan sekolah satelit yang melayani masyarakat miskin.
Menurut CCF, komunitas mereka sanggup menjangkau beberapa orang miskin di tempat pembuangan sampah, bahkan di tempat yang terpelosok sekalipun.
Diketahui, Sophy merupakan siswa CCF pertama yang memenangkan beasiswa penuh ke perguruan tinggi.
Menariknya, Sophy menjadi mahasiswa lulusan terbaik di Trinity College, Melbourne.
Sophy juga diberi kehormatan sebagai mahasiswa terpilih yang mengucapkan pidato perpisahan pada upacara kelulusannya.
"Saya sangat bersemangat, tetapi sangat gugup," ujar Sophy setelah ia menyampaikan pidato penutup pada upacara kelulusan.
"Acara berjalan sangat lancar. itu luar biasa," kata dia.
Dilansir dari situs CCF, cambodianchildrensfund.org, Sophy bukanlah satu-satunya siswa CCF yang belajar di Trinity College.
Pada Maret 2019, dua siswa bernama Yem Sovannry (18) dan Seng Hoarng (19) mengambil beasiswa penuh untuk program studi yayasan.
Setelah lulus dari pendidikan sekolah menengah atas di Akademi Cripps Neeson, mereka bergabung dengan Sophy di Australia.
Yem dan Seng berharap mereka bisa mengikuti jejak Sophy dengan melanjutkan pendidikan untuk gelar sarjana di University of Melbourne yang bergengsi dan hadir di acara wisuda Sophy.
Setelah lulus, Sophy kembali ke Kamboja untuk liburan dan merayakan kelulusannya dengan keluarga dan teman-temannya.
Masalah kemiskinan
Sophy Ron adalah sepenggal kisah sukses seseorang yang punya masa depan yang cerah.
Namun, masalah kemiskinan sistemik masih tetap ada di Phnom Penh.
Masalah ini menjadi terkenal pada 2009, ketika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Stung Meanchey Rubbish Dump, dengan luas sekitar 100 hektar, di Phnom Penh mendapat perhatian khusus dari media.
Menurut Small Step Project, ada 500-1.000 orang yang bekerja sebagai pemulung.
Dari angka tersebut, setidaknya setengah dari mereka masih anak-anak.
Karena masih memperkerjakan anak-anak ini, Stung Meachey ditutup, tetapi pemerintah membuka TPA baru di sisi lain kota dan para pemulung bermigrasi.
Pada 2016, dilaporkan juga di luar TPA masih banyak anak-anak yang berkeliaran di jalanan untuk mengambil sampah dan memulung dengan penghasilan berkisar 2,50-3,40 dollar AS atau sekitar Rp 35.772-Rp 45.650 per harinya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Sukses Gadis Pemulung Kamboja hingga Jadi Lulusan Terbaik di Australia",
Penulis : Retia Kartika Dewi