Skandal seks di Universitas Warwick, Inggris: "Perkosa mereka semua biar kapok"
Anna, mahasiswi Universitas Warwick di Inggris, menemukan namanya disebut-sebut hingga ratusan kali dalam obrolan daring yang mengandung kekerasan
Namun pemimpin tertinggi universitas, vice chancellor Profesor Stuart Croft, menulis kepada keduanya mengatakan bahwa ia "tak menemukan bukti kekeliruan prosedur atau bias" seraya menyatakan penyelidikan ditutup.
Tiga minggu kemudian seorang mahasiswi mengangkat kasus ini di Twitter dan segera saja tagar #ShameOnYouWarwick mulai trending.
Sekali lagi kisah ini menjadi perhatian media. Pihak akademis universitas mulai menarik jarak dari manajemen kampus.
Segera sesudahnya Profesor Croft merilis pernyataan di mana ia bicara tentang reaksinya membaca obrolan itu dan menyebutnya "sangat membuat jijik".
Namun komentarnya ini dipandang oleh para mahasiswa sebagai "tak paham persoalan".
Para korban tidak pernah mendapat permohonan maaf secara personal dari pihak universitas.
Tak pernah berminat ke kampus lagi
Kasus universitas Warwick ini menimbulkan pertanyaan bagaimana kampus menangani kejahatan seksual.
Pihak universitas sejak itu melakukan tinjauan ulang terhadap proses penerapan disiplin dan banding mereka.
Namun Anna dan temannya yang membuat pengaduan tidak pernah merasa bahwa urusan ini sudah selesai. Anna, kini di tahun ketiga, sedang belajar untuk mempersiapkan ujian akhirnya hari jumat (31/05) ini.
"Masa universitas saya menyebabkan rasa sakit dan kerugian yang harus saya bawa terus lebih dari setahun kemudian," kata Ana.
"Saya tak ingin datang ke acara wisuda saya. Saya tak sabar menunggu agar saya tidak perlu mengunjungi Universitas Warwick lagi untuk selamanya."
Update: Pihak universitas merilis pernyataan hari Selasa (28/05) untuk menjawab artikel BBC menyatakan "meminta maaf terhadap peran kami yang menyebabkan tekanan terhadap anggota masyarakat" dan menambahkan mereka telah membuat perubahan "yang mengurangi kemungkinan kekeliruan seperti ini terulangi.