Belasan politikus oposisi Venezuela dituduh makar, beberapa berlindung di kedutaan asing
Mahkamah Agung Venezuela menuduh 14 anggota parlemen dari kubu oposisi bertindak makar dan terlibat konspirasi.
Mahkamah Agung Venezuela menuduh sebanyak empat anggota parlemen dari kubu oposisi bertindak makar dan terlibat konspirasi, beberapa hari setelah tuduhan serupa dialamatkan kepada 10 anggota parlemen lainnya.
Keempat anggota parlemen itu mencakup Carlos Paparoni, Miguel Pizarro, Franco Casella, dan Winston Flores.
Mereka semua mendukung tokoh oposisi, Juan Guaido, yang gagal memicu pemberontakan militer terhadap Presiden Nicolas Maduro pada April lalu.
Pizarro dan Flores menyebut tuduhan kepada mereka "tidak sah".
- Krisis Venezuela: Mengapa Rusia dan Amerika Serikat begitu tertarik dengan negara ini?
- Krisis air bersih, warga Venezuela mencari air hingga ke saluran pembuangan
- Krisis Venezuela: 'Mengapa saya tetap setia kepada Nicolas Maduro'
Tuduhan kepada mereka dilayangkan ketika para anggota parlemen dijadwalkan mendiskusikan keputusan Mahkamah Agung yang melucuti kekebalan hukum beberapa rekan mereka sekaligus penangkapan Edgar Zambrano, wakil ketua parlemen.
Sejumlah personel badan intelijen Sebin, kepolisian, dan militer muncul di gedung parlemen guna mencegah para anggota parlemen menghadiri sesi tersebut.
Kepada para anggota parlemen, aparat keamanan mengklaim tengah menyelidiki ancaman bahan peledak di dalam gedung.
"Ini semua adalah bagian pertunjukan untuk mencegah Majelis Nasional berfungsi," kata Juan Pablo Guanipa selaku salah satu anggota parlemen kepada kantor berita Reuters.
"Ini adalah kediktatoran yang mengincar pembangkang dan kami berjuang untuk perubahan politik," tambahnya.
Guaido, yang sempat mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Venezuela, merilis cuitan di Twitter.
"Mereka berusaha menyandera kewenangan legislatif selagi sang diktator mengurung diri di istana yang bukan tempatnya."
Majelis Nasional dilucuti kewenangannya sejak Partai Sosialis pimpinan Maduro kehilangan kendali di badan legislatif tersebut pada 2016. Maduro kemudian membentuk Majelis Konstituen Nasional yang dikontrol oleh orang-orang yang setia kepadanya.
Berlindung di kedutaan asing
Presiden Maduro menggencarkan penangkapan politikus dari kubu oposisi sejak Juan Guaido gagal memicu pemberontakan militer pada 30 April.