Kamis, 2 Oktober 2025

Kisah pangeran Saudi yang mengungkapkan rasa cintanya kepada seorang pesepakbola Inggris

Ketika pangeran Saudi menyatakan perasaannya kepada seorang pesepakbola Inggris, si jago kulit bundar itu pergi meninggalkan Saudi. Lalu, apa

The Grand Hotel, Cannes, 1976. Pada suatu malam di musim panas, sang pria kaya dan si pria miskin berdiri di dalam sebuah elevator.

Pria kaya itu adalah Pangeran Abdullah bin Nasser: cucu laki-laki pendiri Arab Saudi; putra mantan gubernur Riyadh; kaya raya tak terkira.

Pria miskin itu adalah Eamonn O'Keefe: pesepakbola asal Manchester; putra seorang pegawai percetakan; pemilik rumah teras di kota Oldham.

Kedua pria itu baru kembali dari kasino. Abdullah kalah - selalu kalah - apa pun yang terjadi. Jika Anda seorang pangeran Saudi, uang ribuan dolar hanya seharga uang makan siang.

Eamonn tidak biasa berjudi, tapi ia baru saja menang. Dua tahun sebelumnya, ia adalah seorang pemain cadangan di klub Plymouth Argyle di papan ketiga sepak bola Inggris, yang berusaha mencari uang receh untuk membayar meteran listriknya.

Kini, ia terbang dengan pesawat jet: pesawat kelas satu, hotel bintang lima, dalam sebuah perjalanan mewah keliling Eropa dengan salah satu keluarga terkaya di dunia.

Lalu, di dalam elevator, Abdullah menghadap ke arah Eamonn.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ujar Abdullah. Ia meletakkan tangannya di bahu Eamonn. "Aku rasa aku mencintaimu."

Eamonn bisa mencium napas sang pangeran; bau rokok dan wiski Johnnie Walker. Dengan gugup, ia menjawab. "Maksudmu - seperti saudara, kan?"

"Bukan," ujar Abdullah. "Tidak seperti saudara."

Dan saat itu lah, pada suatu malam di musim panas di kota Cannes, masalah dimulai.

Eamonn (kiri depan) berfoto dengan tim Manchester Boys
Eamonn O'Keefe
Eamonn (kiri depan) berfoto dengan tim Manchester Boys. "Kaki saya patah 15 menit setelah foto ini diambil"

Eamonn, yang kini berusia 65 tahun, tumbuh besar di Inggris pasca-perang, di sebuah rumah susun - perumahan bagi masyarakat Inggris yang dibangun oleh otoritas setempat - semi terpisah dengan tiga kamar di Blackley, utara Manchester. Ia punya tiga saudara laki-laki, dua saudara perempuan, dan seekor anjing. Nenek dan kakeknya juga tinggal di sana. Di mana mereka tidur pada masa itu?

"Saya masih bingung," ujarnya di sebuah hotel di kota Manchester, tersenyum mengingatnya.

Ayahnya, seorang pria keturunan Irlandia, mengelola tim sepakbola pria St Clare Catholic. Ibunya mencuci dan menyetrika perlengkapan tim itu; Eamonn mengambil bola, lalu menyemirnya sebelum pertandingan berikutnya.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved