Sabtu, 4 Oktober 2025

Intelijen Srilanka Sudah Tahu Bakal Ada Serangan Mematikan, tapi Kenapa Masih Bisa ''Bobol''?

Otoritas Srilanka ternyata telah diperingatkan dua minggu sebelum serangan minggu Paskah terjadi, pada Minggu (22/4/2019).

AP
Polisi Sri Lanka 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO - Otoritas Srilanka ternyata telah diperingatkan dua minggu sebelum serangan minggu Paskah terjadi, pada Minggu (22/4/2019).

"Bahkan lengkap dengan nama tersangka," ujar juru bicara kabinet Rajitha Senaratne, dilansir dari Guardian, Senin (22/4/2019).

"Pada tanggal 4 April, 14 hari sebelum insiden ini terjadi kami telah diberitahu tentang insiden ini," katanya.

"Pada tanggal 9 April, kepala Intelijen Nasional menulis sepucuk surat dan dalam Surat ini banyak nama anggota organisasi teroris yang ditulis," kata Senaratne.

Petugas melakukan penjagaan pasca-ledakan yang menimpa Gereja St Anthony di Kochchikade, Kolombo, Minggu (21/4/2019). Jumlah korban tewas dalam ledakan yang menimpa sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka sudah mencapai 52 orang, belum dipastikan penyebab dan pelaku peledakan tersebut.
Petugas melakukan penjagaan pasca-ledakan yang menimpa Gereja St Anthony di Kochchikade, Kolombo, Minggu (21/4/2019). Jumlah korban tewas dalam ledakan yang menimpa sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka sudah mencapai 52 orang, belum dipastikan penyebab dan pelaku peledakan tersebut. (.(AFP/ISHARA S KODIKARA))

Baca: Saat Ditanya Kapan akan Bertemu Prabowo, Luhut: Saya Sudah Telepon-teleponan dengan Pak Prabowo

Baca: Datangi Polisi, Andre Taulany Sebut Akun Sosmed Istrinya Dihack

Baca: Polisi Bakal Periksa 4 Pemuda Kejang-kejang di dekat Mal Alam Sutera

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengakui dia sudah mendengar adanya informasi tentang rencana gelombang serangan bom pada Minggu (21/4/2019).

Terdapat delapan titik di gereja maupun hotel bintang lima yang menjadi sasaran serangan saat Paskah, dengan 207 orang dilaporkan tewas.

Sebelum serangan terjadi, pihak kepolisian sebenarnya sudah mendapat peringatan dari "dinas intelijen asing" mengenai adanya rencana pengeboman itu.

Dalam unggahan Menteri Telekomunikasi Harin Fernando, diketahui surat berisi laporan intelijen itu bertanggal 11 April atau sepuluh hari sebelum kejadian.

Personel keamanan Sri Lanka berjalan diantara mayat-mayat yang terkena ledakan di gereja St Anthony's Shrine, setelah ledakan menghancurkan bangunan yang terletak di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4/2019).
Personel keamanan Sri Lanka berjalan diantara mayat-mayat yang terkena ledakan di gereja St Anthony's Shrine, setelah ledakan menghancurkan bangunan yang terletak di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4/2019). ((Ishara S Kodikara/AFP))

Namun, sebagaimana diwartakan Daily Mirror dan The Telegraph, PM Wickremesinghe mengaku tidak mendapat informasi terbaru mengenai perkembangan laporan intelijen itu.

Wickremesinghe menegaskan penyelidikan perlu dilaksanakan untuk mengetahui mengapa laporan intelijen tidak ditindaklanjuti oleh otoritas berwenang.

"Namun, saat ini fokus kami adalah menangkap pelaku yang bertanggung jawab," kata Wickremesinghe.

Pernyataan yang sama juga disuarakan oleh Fernando. "Tindakan serius harus segera diambil mengapa peringatan seperti ini bisa tidak diproses. Saya berada di Badulla tadi malam," tutur Fernando di Twitter.

Tak pelak komentar itu menuai kemarahan publik. Netizen Twitter dengan nama akun Amali berang mengapa Fernando mengunggah surat itu saat peristiwa telah terjadi.

"Ayahmu sudah diberi tahu. Maka, tidak ada korban dari orang yang kamu cintai. Kalian tahu, tetapi membiarkan kami mati? Saya benar-benar kesulitan mencernanya," kecam dia.

Baca: Kecelakaan Lalu Lintas Kembali Terjadi di Tanjakan Jalan MT Haryono Balikpapan, Korbannya Wanita

Perkembangan kasus

Sejauh ini, pada Senin pagi, polisi telah menahan 24 tersangka.

Juru bicara polisi, Ruwan Gunasekara mengatakan polisi juga telah menyita sebuah van dan supir yang mereka percayai mengangkut para pelaku ke Kolombo dan menguasai sebuah rumah aman yang digunakan oleh para penyerang.

Tiga polisi termasuk di antara korban tewas, ketika bom kedelapan meledak dalam rangkaian serangan mematikan tersebut.

Jauh dari ibukota Kolombo, garis polisi membentang di sekeliling Gereja St Sebastian di Negombo, Utara Kolombo sehari setelah ledakan bom merobek perayaan Paskah Jemaat.

Halaman St Sebastian dipenuhi dengan bunga, pecahan kaca patri yang hancur dan serpihan merah dan Pink dari bangunan.

Di gereja, para penyelidik menutup mulut mereka dengan penutup kepala (balaclava) sewaktu melakukan penyelidikan terhadap insiden berdarah tersebut.

Menteri Pertahanan, Ruwan Wijewardene, mengatakan pelaku adalah ekstremis religius tetapi menolak untuk menyebut organisasi mana yang melakukan aksi biadab tersebut.

Pasca Ledakan Bom Beruntun, Pemerintah Sri Lanka Tetapkan Jam Malam
Pasca Ledakan Bom Beruntun, Pemerintah Sri Lanka Tetapkan Jam Malam (Al Jazeera)

Sejauh ini belum ada kelompok yang telah mengakui sebagai dalang yang bertanggung jawab dalam kejadian yang telah merenggut 290 nyawa tidak berdosa.

Mayoritas korban adalah warga Sri Lanka dan setidaknya 30 orang asing termasuk yang dari Inggris, Turki, Jepang, Belanda, Cina, Portugal, Australia dan India.

Pada Senin pagi, Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena dan Perdana Menteri Wickremesinghe mengadakan pertemuan dengan pejabat militer untuk menyelidiki serangan tersebut.

Sejumlah pemimpin agama di dunia menyatakan solidaritas mereka terhadap Sri Lanka, saat delapan ledakan bom menghancurkan hotel dan gereja dan menewaskan dua ratusan orang yang tengah melaksanakan kebaktian Paskah, pada Minggu (21/4/2019).

Dikutip dari laman Euro News, Senin (22/4/2019), Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus pun menyampaikan kepada ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk mendengarkan pesan Minggu Paskahnya.

Ia mengatakan bahwa dirinya sedih mendengar kabar terkait serangan mematikan itu.

"Bahwa hari ini (Minggu), Paskah, membawa duka dan penderitaan bagi gereja-gereja dan (lokasi) lainnya, tempat orang berkumpul di Sri Lanka,".

"Saya ingin mengungkapkan kedekatan 'penuh kasih sayang' saya ini dengan komunitas Kristen, saya merasa terpukul ketika kita semua tengah berkumpul dalam doa, dan kepada semua korban aksi kekerasan itu,".

"Saya mempercayakan kepada Tuhan, mereka yang telah meninggal secara tragis dan saya berdoa untuk mereka yang terluka dan untuk semua yang menderita sebagai akibat dari peristiwa kejam ini,".

Sementara itu, Pemimpin Komuni Anglikan, Uskup Agung Canterbury Justin Welby menuliskan cuitannya di Twitter.

"Mereka yang terkena dampak serangan mengerikan dan tercela terhadap gereja dan hotel di Sri Lanka, akan ada dalam doa jutaan orang yang menandai hari Minggu Paskah di seluruh dunia,".

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved