Jumat, 3 Oktober 2025

Penembakan di Selandia Baru

Lima Jam Bersembunyi, Ini Kesaksian WNI Lolos dari Serangan Teror di Masjid Selandia Baru

Berikut penuturan Irfan, WNI yang lolos dari aksi teror penembakan di masjid Selandia Baru (New Zealand), lompat pagar, bersembunyi di rumah belakang

Editor: Suut Amdani
montase (Sumber : NZ Herald, girlaskguys, Facebook)
Brenton Tarrant saat dihadirkan di Pengadilan Christchurc, Selandia Baru, sempat memberi gestur 'Ok' yang diduga merupakan kode untuk pendukung kelompok supremasi kulit putih. 

Di situ ada teman saya yang sekolah penerbangan, 'ke sini, ke sini'.

Ditolong saya memanjat pagar. Lalu kami sembunyi di rumah penduduk yang pagarnya menempel dengan pagar masjid.

Warga Kota Christchurch, Selandia Baru meletakkan karangan bunga untuk mengungkapkan rasa duka terkait penembakan masjid yang menewaskan 49 orang pada Jumat (15/3/2019).
Warga Kota Christchurch, Selandia Baru meletakkan karangan bunga untuk mengungkapkan rasa duka terkait penembakan masjid yang menewaskan 49 orang pada Jumat (15/3/2019). (AFP/GLENDA KWEK)

Ada sekitar 15 orang, kami melihat dua orang korban. Satu luka tembak di bahu kanan. Wah itu parah.

Saya sempat khawatir, bagaimana bila beliau meninggal?

Dia sudah mengucap syahadat dan seterusnya.

Tapi ada orang lain yang menolong, menghentikan pendarahan.

Baca: Penembakan Brutal Jemaah Salat Jumat di Selandia Baru, PBNU Kecam Pernyataan Senator Fraser Anning

Terus ada satu korban, remaja berusia 15 tahun. Kakinya bercucuran darah. Termasuk saya, ada tiga warga Indonesia di rumah warga tersebut.

Kami menghubungi paramedis yang datang menjemput dua korban tadi.

Kami enggak berani lihat ke luar karena kami takut terkena peluru nyasar atau kalau pelakunya mengejar sampai ke parkiran belakang.

Kami hanya mendengar polisi menyisir, di parkiran belakang.

Mereka melihat kami kemudian berteriak 'Get into the house!'

Senjata milik penembak selandia baru
Senjata milik penembak selandia baru (Istimewa)

Saya menghubungi supervisor dan KBRI. Di dalam rumah kami saling menguatkan.

Sekitar lima jam kami ada di rumah warga tersebut. Dia pria pensiunan dokter mata berusia 60-an tahun.

Selama sembunyi di rumah itu, tuan rumahnya menyalakan televisi. Kami melihat laporan berita. Wah sudah.

Memang terguncang karena teringat ada kerabat, keluarga yang jadi korban, Ada yang meninggal di dalam. Kami coba saling support.

Sekitar jam 19.00 baru kami dievakuasi sama polisi.

Saya diantarkan ke rumah, sampai di rumah jam 19.30 waktu setempat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penuturan WNI yang Lolos dari Serangan Teror di Selandia Baru"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved