Senin, 6 Oktober 2025

Kisah korban perdagangan manusia lolos dari Korea Utara, lalu jadi pelaku

'Nyonya B' mengatakan ia dijual kepada seorang pria Cina dan kemudian menyangka bahwa perdagangan manusia adalah sesuatu yang harus dialami

Nyonya B tidak langsung menjadi pelaku dengan menjual perempuan Korut lain di Cina.

Awalnya, katanya, dia bekerja di sebuah peternakan sapi dan menghasilkan pendapatan senilai sekitar Rp135.000 per bulan.

Dia bekerja di peternakan itu selama dua tahun dan bertemu keluarga Korutnya di perbatasan Cina-Korea Utara dengan bantuan seorang broker.

Menyelundupkan perempuan Korea Utara

Dia menjadi kaget ketika suami Korutnya berubah rapuh dan keji dan di situlah saat dia mulai bekerja sebagai seorang penyelundup menjual perempuan-perempuan Korut.

"Saya merasa bahwa untuk melindungi keluarga saya, saya perlu untuk melakukan sesuatu," katanya.

"Saya perlu menghasilkan uang lebih banyak. Namun saya tak punya kewarganegaraan Cina, tak punya identitas pada saat itu dan tak banyak yang bisa saya lakukan untuk menghasilkan banyak uang."

Dari sejak tahun 2005 hingga 2010 dia menjual sekitar 50 perempuan Korut ke pria-pria Cina.

Dia mengakui itu memang 'perdagangan manusia', namun menekankan bahwa dia tidak mengelabui mereka - tidak seperti yang dilakukan seorang broker kepadanya pada 2003. Ia mengatakan perempuan-perempuan itu juga menyepakati hal itu.

Dalam hal itu, dia mengaku bahwa dia telah membantu mereka menemukan suatu cara untuk hidup.

"Perempuan-perempuan Korut yang melarikan diri dari rezim tak memiliki siapapun untuk diandalkan."

"Namun jika saya menjodohkan mereka dengan pria, mereka dapat menikah dan hidup dengan aman. Jika mereka tinggal di jalanan, mereka dapat tertangkap dan dikirim ke penjara di Korut dan mereka tidak menginginkan itu."

Dia berkata dia dan para perempuan (yang dijual) akan berbagi uang penghasilan 50%:50%.

Mrs B smuggled about 50 North Koreans to South Korea before she herself escaped to South Korea
Cinesofa
Nyonya B menyelundupkan sekitar 50 orang Korut ke Korea Selatan.

Dia juga menerjemahkan permintaan-permintaan para perempuan ke keluarga Cina yang membeli mereka dalam bahasa Cina - seperti persyaratan pernikahan misalnya, atau mengirim uang ke keluarga perempuan Korut ke negerinya setiap bulan.

Namun apakah dia mereka bersalah? Mengingat dia sendiri dulunya adalah seorang korban dan kemudian menjadi pelaku?

"Saya pikir perdagangan manusia adalah sesuatu yang harus dihadapi semua perempuan Korea Utara," jawabnya.

"Saya tadinya ditipu namun setidaknya perempuan-perempuan ini tahu apa yang akan mereka jalani. Jadi mungkin mereka akan sakit hati tapi tidak sebesar yang saya rasakan," tambahnya.

Berada di kondisi mereka

Selain menjual perempuan-perempuan Korut ke pria Cina, Nyonya B juga bekerja sebagai perantara mengirim orang Korut ke Korsel.

Dia mengatakan dia telah menyelundupkan setidaknya 50 orang Korut ke Korsel. Dan kali ini, dia dapat berada dalam kondisi mereka.

"Saya menggunakan rute yang sama yang digunakan putra bungsu saya dua bulan sebelumnya. Dia mengatakan kepada saya rute itu sangat berat dan mengingatkan saya untuk membekali diri dengan banyak apel di tas saya," kenangnya.

"Saya tak dapat menjelaskan bagaimana susahnya. Hati saya hancur. Saya berpikir mengapa kami -orang Korut- harus melalui siksaan ini untuk bertahan hidup."

Pembuat film dan sutradara Jero Yun yang menemaninya dalam pelariannya dari Cina ke Asia Tenggara menggunakan sebuah mobil van, berjalan kaki dan menggunakan sebuah traktor, mengatakan ke BBC di Korea bahwa perjalanan "itu sangat menantang secara fisik bagi saya, dengan hanya satu kamera dan sendirian, untuk menunjukkan semua detail dari perjalanan yang begitu menantang itu."

'Memberi obat penenang kepada seorang bayi'

"Meski saya tidak dapat merekam banyak hal, itu adalah perjalanan yang memberikan saya pelajaran terbesar dalam hidup saya," katanya.

Di dalam film, saat sekelompok pembelot menyeberangi perbatasan Cina-Laos dengan berjalan kaki, seorang bayi - yang ada di dalam kelompok itu - menangis dan membuat mereka panik.

Peristiwa itu tidak ditunjukkan di dalam film, namun dalam kenyataannya mereka akhirnya memberi obat penenang ke anak itu, ungkap Nyonya B.

Mereka tidak punya pilihan karena seluruh kelompok berisiko tertangkap, katanya.

javascript:void(0)

Dari Laos ke Bangkok, mereka berbaring di balik traktor untuk menghindari tertangkap oleh pihak berwenang.

Bagian perjalanan ini ditampilkan di dalam film dengan Yun juga ikut berbaring dan merekam langit - yang cerah dan berwarna biru.

Tak ada akhir yang bahagia

Nyonya B berjanji ke suami Cinanya bahwa dia akan membantunya untuk menyusulnya begitu dia menetap di Korsel. Namun hal itu tak terjadi.

Dia tiba di Korsel pada Januari 2014 dan lewat sebuah interogasi oleh petugas intel Korsel dia dianggap mata-mata.

Sumber kecurigaan adalah dia sempat menjual narkoba Korut, yang dikenal sebagai 'es', di Cina.

Nyonya B mengakui dia pernah melakukan hal itu sekali untuk mencari uang.

Petugas intel Korsel menuduh Nyonya B memberikan keuntungan yang diperoleh dari penjualan narkoba itu ke pemerintah Korut, dan itu artinya ia adalah seorang mata-mata.

Nyonya B tak menolak tegas tuduhan itu.

Meski demikian, pemerintah Korsel mengelompokkan Nyonya B - begitupun suaminya, sebagai - orang Korut yang 'tak terlindungi' - yang berarti mereka tidak dapat menerima tunjangan (uang untuk bermukim, subsidi perumahan dan pelatihan keterampilan, dan lain sebagainya).

In
Cinesofa
'Nyonya B' mengatakan dia tidak bahagia tinggal di Korsel yang "bebas".

Korea Selatan memberikan status 'tak terlindungi' kepada para pembelot Korut yang memiliki catatan kriminal, yang tinggal di Cina selama setidaknya 10 tahun, atau di antara lainnya, pembelot Korut yang tidak mengajukan suaka selama setahun sejak kedatangan mereka.

Dalam kasus Nyonya B, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan ke media Korsel News Tapa bahwa Nyonya B dan suaminya diberikan status 'tak terlindungi' karena keduanya menjual narkoba ilegal.

Nyonya B mengklaim suaminya tidak pernah menyentuh narkoba itu.

Bahkan, dia mengaku telah menghabiskan semua uang yang didapatnya dari menjual narkoba sehingga tak ada alasan bagi petugas intel Korsel untuk mencurigainya sebagai mata-mata.

Keduanya menyampaikan keberatan kepada pemerintah Korsel.

Di tengah-tengah itu semua, yang tak dinyana: suami Cina Nyonya B malah menikahi perempuan lain.

Hanya berteman

Betapa pun, Nyonya B dan (bekas) suami Cina-nya tetap berhubungan, 'sebagai teman,' kata Nyonya B, sembari menunjukkan sebuah pesan teks yang dikirimkan mantan suaminya di pagi hari saat wawancara berlangsung.

Nyonya B juga mengirimkan foto-foto yang diambil saat pembuatan film itu, kepada bekas suaminya itu.

"Kebanyakan (pesan-pesan) yang dikirimnya, meminta maaf ke saya. Karena dialah yang mengkhianati saya," katanya.

Nyonya B sekarang bekerja di sebuah kafe di Yangpyeong, di timur kota Seoul, di sebuah kedai kopi.

Dia mengatakan, dia menyetujui permintaan sutradara Yun untuk difilmkan, karena alasan uang.

"Pada saat itu uang adalah segalanya bagi saya, namun sekarang saya tidak berpikir seperti itu lagi," katanya.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved