Senin, 6 Oktober 2025

Pembunuhan Khashoggi: Kartu apa yang dimainkan Turki terhadap Arab Saudi?

Presiden Erdogan sangat menahan diri untuk tidak mengritik Arab Saudi terkait pembunuhan wartawan Khashoggi, padahal ia bisa sangat keras bahkan

Turki menghormati Arab Saudi sebagai wali penjaga Kabah, situs tersuci Islam - sesuatu yang sejalan dengan pemerintah Erdogan yang berhaluan Islamis.

Tetapi kedua negara bersaing untuk berebut pengaruh sebagai pemimpin dunia Muslim. Dan putra mahkota ternyata telah menjadi seteru utama bagi Erdogan.

MBS—julukan bagi Mohammed bin Salman—adalah orang yang mendalangi dan mendorong blokade Qatar, sekutu terdekat Turki di Timur Tengah. Dia menggalang kebijakan dan tindakan keras terhadap Ikhwanul Muslimin, yang justru terkait dengan Partai AK, partai pimpinan Erdogan yang kini berkuasa di Turki.

Gambar CCTV menunjukkan Khashoggi saat tiba di Konsulat Saudi.
Reuters
Gambar CCTV menunjukkan Khashoggi saat tiba di Konsulat Saudi.

Dan sikapnya yang cukup dekat dengan Israel, mengganggu Erdogan (kendati Turki justru memiliki hubungan diplomatik dengan Israel), dan haluan garis keras yang dijalankan MBS terhadap Iran, padahal Turki justru mulai rujuk dengan negeri Persia itu, membuat Riyadh dan Ankara saling berseberangan di kancah politik regional.

Strategi risiko tinggi Erdogan

Erdogan mengendus kesempatan langka ketika Saudi terdesak, dan segera merebut kesempatan untuk menyingkirkan seorang pria yang oleh para kolumnis pro-pemerintah di Turki dijuluki 'musuh Turki'.

Dan ketika Uni Emirat Arab dan Mesir juga bergegas membela Riyadh, membuat Erdogan justru bertekad makin bulat -Ankara sudah patah arang dengan kedua negara itu.

Selama ini Turki curiga bahwa Emirat mendukung kudeta yang gagal pada tahun 2016 - Erdogan baru-baru ini menyebut mereka sebagai 'orang-orang sengsara' - dan Erdogan tidak akan pernah memaafkan Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi karena membubarkan Ikhwanul Muslimin di sana.

Dan bahwa pesawat yang ditumpangi para terduga pembunuh Khashoggi mengisi bahan bakar di Kairo dan Dubai dalam perjalanan ke Riyadh akan memicu kecurigaan akan keterlibatan dua negeri itu.

Strategi Erdogan, bagaimanapun, memiliki risiko tinggi. Mengasingkan MBS yang masih kuat dapat membuat Arab Saudi diperintah oleh seorang pria dengan dendam yang mendalam terhadap Turki selama bertahun-tahun yang akan datang.

Pengambilan foto yang menunjukkan putra mahkota menjabat tangan Salah, putra Jamal Khashoggi yang dilarang meninggalkan Arab Saudi, mengungkapkan betapa kuat kekuasaannya. Pesannya: kami telah berdamai, jadi hentikanlah semua itu.

The Saudi crown prince (R) meets Khashoggi's son, Salah, in Riyadh
EPA
Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, menyalami putra Khashoggi, Salah.

Sejauh ini Gedung Putih masih belum bersikap tegas. (Kendati Trump sudah mengisyaratkan keyakinannya bahwa MBS berada di balik pembunuhan Khashoggi.)

"Kami masih mengumpulkan fakta dari berbagai sumber," kata Jared Kushner, menantu dan penasihat senior Donald Trump. "Setelah fakta-fakta itu terkumpul, Menteri Luar Negeri akan bekerja dengan tim keamanan nasional kami untuk membantu kami menentukan apa yang ingin kami percayai."

Implikasinya jelas: rumuskanlah narasi dan juallah itu ke basis para pendukung.

Jarang sekali ada cerita yang begitu lengkap: pembunuhan yang mengerikan, upaya menutup-nutupi, hubungan regional yang terkait langsung, geopolitik antara Washington dan Timur Tengah, dan produsen besar minyak dan negara dengan kekuatan militer kuat bisa tercoreng selamanya.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved