Senin, 6 Oktober 2025

Pembunuhan Khashoggi: Kartu apa yang dimainkan Turki terhadap Arab Saudi?

Presiden Erdogan sangat menahan diri untuk tidak mengritik Arab Saudi terkait pembunuhan wartawan Khashoggi, padahal ia bisa sangat keras bahkan

Jika kita mengetik "Erdogan slams...," (Erdogan mengutuk) pada mesin pencari Google, maka yang muncul akan tak berkesudahan: PBB, Uni Eropa, Israel, Belanda, Jerman, intelektual Prancis -semuanya jadi korban kutukan keras Erdogan. Bahkan Jerman dan Belanda diberi label 'Nazi' dan 'fasis' olehpresiden Turki itu setahun lalu.

Sekarang bandingkanlah dengan kata-kata yang digunakan Erdogan terhadap Arab Saudi, yang sudah mengakui terjadinya pembunuhan terhadap jurnalis Jamal Khashoggi di konsulatnya di Istanbul.

"Saya tidak punya alasan untuk meragukan kejujuran Raja Salman," kata Erdogan.

Juru bicaranya menyebut Saudi sebagai 'negara yang ramah dan penuh persaudaraan'.

Kata-kata ini berbanding terbalik dengan berbagai bocoran info yang sering muncul melalui media pro-pemerintah Turki. Isinya sering memberatkan Riyadh, di tengah kecurigaan bahwa Putra Mahkota Saudi yang sangat berkuasa, Mohammad bin Salman, mengetahui atau bahkan memerintahkan pembunuhan itu.

Jadi permainan apa yang sedang dijalankan Presiden Recep Tayyip Erdogan?

Saudi King Salman and Turkish President Erdogan in Ankara in April 2016
Reuters
Raja Arab Saudi, Salman dan Presiden Turki, Erdogan saling mengincar pengaruh di kawasan mereka.

Saya dikabari bahwa nada bicara Erdogan yang sangat terkendali itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa ini bukan masalah Turki versus Arab Saudi: hubungan kedua negara terlalu penting, meskipun sudah tegang, untuk meledak pada tahap ini.

Erdogan sebetulnya ingin mendesak Raja Salman untuk menindak putra mahkota, Pangeran Mohammed, tanpa menyasarnya secara langsung.

"Jika Erdogan menyerukan raja untuk memecat Mohammed bin Salman, maka itu akan menjadi cara terbaik untuk membuat sang raja untuk justru tidak memecat Putra Mahkota," kata seorang sumber yang dekat dengan presiden.

Erdogan bahkan tidak menyebutkan nama Mohammed bin Salman dalam pidatonya di parlemen: hal yang yang disengaja agar tidak menempatkan putra mahkota di tingkat yang setara dengannya.

Tujuan Ankara adalah untuk mendorong perselisihan antara raja dan putranya. Tetapi kunci untuk mencapainya bukanlah di Riyadh, melainkan di Washington.

Jika Donald Trump dapat dibujuk untuk menyingkirkan Mohamad bin Salman yang merupakan sekutu dekatnya sendiri, hal itu bisa menjadi titik balik bagi Raja Salman.

Seteru kunci dalam permainan kekuasaan regional

Raja Salman yang berusia 82 tahun itu, setidaknya untuk saat ini, tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mengenyahkan putranya.

Salah satu tindakan yang diambilnya terkait pembunuhan itu adalah melakukan restrukturisasi dinas intelijen Saudi, di bawah perlindungan, ya siapa lagi, sang putra mahkota.

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved