17 Tahun Berlalu, Ini 10 Misteri yang Belum Terkuak dari Tragedi 9/11
sekira 3.000 nyawa melayang akibat rentetan serangan bunuh diri yang dipercaya dilakukan oleh sang kelompok militan.
Sebelum United 93 menabrak lapangan kosong di Pennsylvania, Wakil Presiden AS Dick Cheney memberi izin untuk menembak jatuh pesawat tersebut.
"Cheney memberi izin pesawat tempur untuk menargetkan United 93, sebelum pesawat itu mencapai Washington."
Namun berdasarkan laporan, jet tempur itu juga tidak akan bisa mencapai United 93 tepat waktu, karena jarak yang terlalu jauh.
"Kami telah mempertimbangkannya dengan matang. Jika penumpang tidak menyebabkan pesawat itu jatuh dan menghantam tanah, militer akan mengambil alih dan mencegah United 93 mencapai Washington D.C," tulis laporan 9/11.
7. Ancaman Serangan Serupa Sebelum Insiden 9/11
Ramzi Yousef -- pria yang melakukan pengeboman di WTC pada 1993 -- merencanakan serangan besar-besaran di 12 maskapai penerbangan AS yang lewat di Pasifik pada 1995.
Menurut laporan 9/11, Yousef bekerjasama dengan pamannya, Khalid Sheikh Mohammed -- pria yang belakangan diketahui dalang serangan 9/11.
Yousef lalu ditangkap di Islamabad, Pakistan, pada 7 Februari 1995, setelah seorang anggotanya membeberkan informasi keberadaannya.
8. AS Beberapa Kali Berniat Membunuh Osama Bin Laden
Menurut laporan CIA dan organisasi lainnya yang ikut bekerjasama untuk menangkap Osama Bin Laden pemimpin Al Qaeda sebelum insiden tersebut pada awal 199.
Rencana tersebut gagal dilaksanakan. Tak lama kemudian sekutu membuat rencana penangkapan yang baru. Namun, rencana tersebut karena AS tak mempunyai bukti cukup untuk membunuh salah satu orang terkaya di Arab Saudi itu.
Setelah kedutaan AS di Kenya dan Tanzania dibom pada 8Oktober 1998, Presiden Bill Clinton akhirnya memberikan izin untuk meluncurkan serangan misil melawan basis Osama di Afgansitan.
Pimpinan Al Qaeda itu berhasil selamat, namun akhirnya tewas dalam penyergapan oleh angkatan laut AS, SEAL, pada Mei 2011.
9. Peringatan CIA ke Bill Clinton pada 1998
CIA, badan intelijen AS, sempat mengingatkan presiden AS saat itu, Bill Clinton bahwa Osama dan kelompok militannya sedang mempersiapkan pembajakan pesawat terbang AS dan serangan lainnya pada 4 Desember 1998.