Selama 16 tahun terakhir, setidaknya 100.000 orangutan terbunuh di Kalimantan
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sejak tahun 1999, lebih dari 100.000 orangutan di pulau Kalimantan terbunuh.
Mengacu pada sistem sertifikasi yang dikenal dengan Round Table on Sustainable Palm Oil (RSPO), Dr Keller mengatakan bahwa standar untuk apa yang berkelanjutan adalah "terus diperbarui".
"Sasaran utama sekarang, adalah agar diberlakukan larangan penebangan hutan secara menyeluruh dan tidak melakukan penanaman di lahan gambut," katanya.
Dan meski penilaian independen yang diterbitkan pada tahun 2017, menemukan bahwa terjadi "pengurangan deforestasi secara signifikan", disimpulkan juga bahwa harus dilakukan pemantauan terhadap perkebunan jika mengakibatkan dampak signifikan pada kebakaran dan pembukaan lahan gambut.
Membangun jembatan
Kendati angka penurunan jumlah orang utan begitu mengguncangkan, para pegiat lingkungan juga menyoroti secercah harapan akan habitat mereka.
Sebuah tim dari Kebun Binatang Chester di Inggris merilis gambar pertama orang utan yang mengunakan "jembatan kanopi hutan" buatan manusia yang dibuat dari tali kuat yang biasanya digunakan kebun binatang untuk membuat ayunan dan jembatan dalam kandang orang utan.
Catherine Barton, manajer konservasi lapangan kebun binatang itu menjelaskan bahwa yang dilakukannya bersama Hutan, sebuah lembaga lingkungan di Malaysia - adalah menghubungkan kembali habitat-habitat yang terfragmentasi oleh perkebunan kelapa sawit, jalan dan saluran drainase.
"Melihat hewan-hewan itu mulai menggunakan jembatan ini dan habitat yang terfragmentasi ini bisa terhubung lagi merupakan tanda yang benar-benar positif," kata Barton. "Tapi ini solusi jangka pendek."
Dalam jangka panjang, lanjutnya, mereka bertujuan untuk menanami kembali hutan dan menyediakan ruang hidup bagi kera-kera besar tersebut.
Tapi seperti yang ditekankan oleh Prof Wich, survei timnya memastikan bahwa melindungi hutan yang merupakan habitat hewan itu saja tidak cukup.