FSB, Agen Mata-mata Rusia yang Banyak Beroperasi di Negara Lain, di Bawah Kendali Presiden Putin
Pada 2015, FSB menukar agen mata-mata dengan Estonia seperti layaknya era Perang Dingin.
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - FSB. Ketiga aksara itu tidak hanya familiar bagi para pecinta kisah mata-mata, tapi juga menyimbolkan kekuasaan Presiden Vladimir Putin di Rusia.
FSB merupakan dinas intelijen Rusia yang terkenal akan aksi mata-mata dan berbagai operasi antiterorisme di seluruh dunia.
Namun, karena FSB merupakan keturunan dari badan intelijen Uni Soviet (KGB), dinas itu dituduh punya hubungan dekat dengan presiden dan memiliki ambisi terselubung.
Apa yang dilakukan FSB?
Menangkal terorisme sekaligus mata-mata musuh.
FSB atau Dinas Keamanan Federal didirikan pada 1995 dengan misi menangkis ancaman terhadap Rusia. Sebelum menjadi presiden Rusia, Vladimir Putin memimpin dinas tersebut.
Baca: Eks Mata-mata Korut Ungkap Niat Buruk Kim Jong Un di Olimpiade Korsel
Secara rutin FSB bekerja sama dengan kepolisian asing dalam memerangi jihadis dan kelompok kejahatan terorganisir.

Pada era 1990-an dan awal 200-an, FSB mengerahkan sumber daya mereka guna memerangi pemberontak separatis asal Chechnya.
Lalu, ketika hubungan Rusia dan beberapa negara tetangga eks-Soviet mengalami ketegangan, FSB pun turun tangan.
Dinas tersebut terlibat dalam pencegahan demonstrasi pro-Barat di Georgia sewaktu Revolusi Mawar 2003 serta di Ukraina saat Revolusi Oranye 2004.
Pada 2015, FSB menukar agen mata-mata dengan Estonia seperti layaknya era Perang Dingin.
Ketika itu, Estonia—yang sekarang menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)—menuduh Rusia menculik seorang pejabat keamanan bernama Eston Kohver.
Estonia kemudian meminta Kohver dibebaskan. Sebagai imbal balik, Estonia melepaskan seorang mata-mata Rusia yang dipenjara.