Berkaca dari Yerusalem: bagaimana memilih Ibu kota negara?
Dengan alasan untuk mengendalikan dan kesatuan, banyak ibu kota dunia terletak di tengah sebuah negara, yang mendorong Presiden Soekarno merencanakan
Yerusalem kini dinyatakan resmi oleh Amerika Serikat sebagai ibu kota Israel, walau sejak awal rencana itu ditentang sejumlah negara dan organisasi internasional.
Kota itu -yang memiliki tempat suci bagi umat Yahudi, Kristen, dan Islam- merupakan tempat unik yang simbolis dan statusnya menjadi akar masalah dalam konflik Israel-Palestina.
- Hamas sebut keputusan Presiden Trump akan 'membuka gerbang neraka'
- Presiden Trump sudah umumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel
- Rencana pemindahan ibu kota 'bukan solusi' kesenjangan pembangunan
Bagaimanapun baru Amerika Serikat yang mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel, lewat pengumuman di Gedung Putih, Rabu (06/12).
Namun bagaimana sebenarnya penetapan ibu kota sebuah negara dan apa yang dicerminkannya. Berikut empat alasan di balik penentuan ibu kota.
1. Kontrol dan lambang persatuan
Kata 'capital' atau ibu kota berasal dari bahasa Latin 'capitalis' yang artinya dhe word "capital" originates from the Latin capitalis, meaning 'kepala'.
Sebagai kota yang menjadi kepala dari wilayah bersangkutan, ada kaitannya dengan negara dan tempat dari pemerintahan serta, jika memang ada, juga tempat untuk kerajaan.

Ibu kota memerlukan perlindungan namun juga bisa melakukan pengendalian dan kesatuan.
Dengan alasan itu, banyak ibu kota yang dibangun di tengah satu negara karena harus bisa mewakili semua tempat di negara bersangkutan dan juga bisa dicapai secara merata.
Presiden Soekarno, misalnya, memilih Palangka Raya sebagai ibu kota Indonesia karena dianggap berada di tengah Indonesia walau rencana itu tidak terwujud dan belakangan dihidupkan kembali oleh Presiden Joko Widodo
Madrid juga terletak di tengah Spanyol.

Demikian pula dengan Abuja yang secara resmi dibangun sebagai ibu kota Nigeria pada tahun 1991 untuk menekankan persatuan di sebuah negara yang memiliki keragaman agama dan etnis.
Adapun ibu kota sebelumnya, Lagos, terletak di garis pantai di ujung sebelah Barat Daya Nigeria.
Hal itu sama dama dengan Brasil, yang memindahkan ibu kotanya dari kawasan pantai, Rio de Janeiro, ke bagian pedalaman, Brasilia, tahun 1961. Gagasan untuk membangun ibu kota baru itu, menurut arsitek Oscar Niemeyer, adalah untuk 'membawa kemajuan ke kawasan pedalaman Brasil'
2. Kompromi politik