Kamis, 2 Oktober 2025

Tanpa Sebut 'Rohingya', Paus Fransiskus Desak Myanmar Hormati Hak Semua Kelompok Etnis

Sri Paus menyayangkan bagaimana masih ada warga Myanmar yang mengalami penderitaan akibat "konflik sipil dan pertempuran".

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
New York Times/Agence France-Presse/Getty Images/Vincenzo Pinto
Paus Fransiskus dan Aung San Suu Kyi. 

TRIBUNNEWS.COM, NAYPYIDAW - Tanpa menyebut "Rohingya", Paus Fransiskus mendesak Myanmar agar menghormati hak semua warga demi perdamaian di masa depan.

Dalam kunjungannya di Myanmar, Selasa (28/11/2017), Sri Paus menyampaikan pidatonya yang menyinggung masa depan negara itu.

Pidato disampaikan saat Paus Fransiskus bertemu dengan pemimpin politik negara tersebut, Aung San Suu Kyi, di Naypyidaw.

Sri Paus menyayangkan bagaimana masih ada warga Myanmar yang mengalami penderitaan akibat "konflik sipil dan pertempuran".

Karena itu, ia meminta agar semua orang yang menganggap Myanmar sebagai rumah mereka mendapat hak dan harga diri yang setara.

"Myanmar ke depannya harus damai," ucap Paus Fransiskus.

Baca: JK Dukung Airlangga Hartarto, Itu Pilihan yang Rasional

"Hadirkanlah perdamaian yang didasarkan pada harga diri dan hak setiap warga negara ini, dengan menghormati tiap kelompok etnis dan identitasnya," katanya.

Menurut Paus Fransiskus, menghormati tatanan demokratis yang memberikan kesempatan bagi tiap individu untuk memberikan kontribusinya demi kebaikan bersama juga merupakan hal yang harus menjadi dasar perdamaian.

Meski sang paus secara jelas menggarisbawahi hak kelompok etnis dan warga yang mengalami penderitaan akibat konflik dan pertempuran, ia sama sekali tak menyebut Rohingya.

Padahal, komunitas itulah yang dianggap dunia telah menjadi korban kekerasan, bahkan "genosida", di negara tersebut.

Menjelang kunjungan Paus Fransiskus ke Myanmar, sejumlah penasihat di Vatikan sudah memperingatkannya agar berhati-hati menggunakan istilah "Rohingya" ketika berbicara di sana.

Dikhawatirkan penggunaan istilah itu nantinya dapat memicu insiden diplomatik yang malah membuat pemerintah dan militer Myanmar menargetkan umat Nasrani, yang termasuk menjadi komunitas minoritas di Myanmar.

Meski sejumlah diplomat negara berpendapat apa yang dilakukan Paus Fransiskus hanyalah demi menghindari isu sensitif, penghindaran istilah "Rohingya" itu disayangkan banyak pihak.

Paus Fransiskus tiba di Myanmar, Senin (26/11/2017), dan memulai hari pertama tur Asia Tenggaranya yang akan berlangsung selama enam hari.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved