Seberapa jauh pengaruh Cina di Zimbabwe?
Berita bahwa panglima militer Zimbabwe berkunjung ke Cina beberapa hari setelah militer menguasai Harare telah menimbulkan beragam pertanyaan.
Saat kedutaan-kedutaan lainnya mengurangi staf atau bahkan tutup, Kedutaan Cina meluas. Pengembangan ini tidak sekedar dari luas bangunan, tapi juga aktivitasnya.
Kedutaan Cina memberi "sokongan teknis" kepada partai berkuasa Zanu-PF serta keamanan negara dan keamanan presiden. Bantuan itu membuat para diplomat Cina terhubung baik dengan politik Zanu-PF dan faksi-faksi di dalamnya sehingga punya pengetahuan mendalam mengenai Zimbabwe.
Seperti halnya para diplomat Barat, diplomat Cina risau dengan stabilitas, iklim investasi yang lebih baik, dan kepatuhan pada hukum.
Ketika Presiden Cina Xi Jinping berkunjung ke Zimbabwe pada 2015, dia mengatakan negaranya bersedia mendorong perusahaan-perusahaan bonafid untuk menanamkan modal di Zimbabwe. Namun, secara implisit pesannya adalah tiada lagi pinjaman sampai Zimbabwe menstabilkan ekonominya.
Pada 2016, perdagangan kedua negara mencapai US$1,1 miliar atau Rp14,8 triliun. Dari jumlah tersebut, Cina paling banyak membeli tembakau Zimbabwe sekaligus mengimpor kapas dan bahan-bahan mineral. Sebaliknya, Zimbabwe membeli produk elektronik, pakaian, dan barang jadi lainnya dari Cina.
Perusahaan-perusahaan kontruksi Cina juga aktif di Zimbabwe dengan membangun berbagai infrastruktur, termasuk gedung Akademi Pertahanan Nasional senilai US$100 juta atau setara dengan Rp1,3 triliun. Kemudian tahun lalu, Cina sepakat mendanai pembangunan gedung parlemen yang baru di Harare.

Era baru
Bagaimanapun, para diplomat Cina dan banyak bisnis lainnya menantikan era yang lebih baik di Zimbabwe.
Sejumlah perusahaan menyadari iklim investasi di Zimbabwe menantang sehingga mereka mencari pasar alternatif.
Beberapa pekan lalu saya di Cina, menghadiri pertemuan mengenai hubungan Cina-Afrika. Kala itu, Zimbabwe tidak disebut satu kali pun.
Tidak seperti Ethiopia, Sudan, dan Angola yang merupakan mitra strategis, atau Nigeria, Kenya, dan Afrika Selatan yang menjadi pasar besar, Zimbabwe bukanlah prioritas Beijing. Sehingga kepentingan Cina di Zimbabwe saat ini adalah iklim investasi yang lebih baik.
Peralihan kekuasaan yang jelas menuju pemerintahan yang sah di Zimbabwe dalam wujud pemilihan umum adalah kepentingan Beijing, juga London.
Strategi 'Menatap ke Timur' dan 'Melibatkan Barat' tidak mendatangkan investasi dan kepercayaan terhadap Zimbabwe.
Yang diperlukan Zimbabwe sekarang adalah pemerintahan yang stabil dan dapat dipercaya sehingga investor dari Asia, Amerika, dan Eropa bakal secara serius mempertimbangkan Zimbabwe sebagai masa depan investasi.
Hal tersebut merupakan pesan yang disampaikan Cina kepada Mugabe saat berkunjung ke Beijing pada Januari silam.
Dan pesan yang sama juga diberikan kepada panglima militer Zimbabwe, pekan lalu.
Tulisan analisis ini dibuat oleh seorang pakar yang bekerja di luar organisasi BBC.