Sabtu, 4 Oktober 2025

Pengungsi Pulau Manus membeberkan ketakutannya sebelum dikeluarkan paksa dari tahanan imigrasi

Pencari suaka dan pengungsi yang tinggal di tahanan imigrasi Pulau Manus, Papua Nugini membeberkan kecemasan, karena sewaktu-waktu bisa dipaksa

"Dalam beberapa bulan terakhir dua teman kami digantung. Polisi tidak akan menyelidikinya, mereka mengatakan bahwa mereka menggantung diri.

"Tapi mengapa mereka menggantung diri? Tidak masuk akal."

'Kami menginginkan kebebasan'

Abdul Aziz Adam adalah pengungsi dari Sudan. Dia mengatakan kepada BBC bahwa dia "50%" yakin bahwa pihak berwenang Papua Nugini akan "menyerang kompleks" mereka pada hari Senin.

"Mereka mengatakan dalam pernyataan mereka bahwa mereka tidak akan menggunakan kekerasan," kata petenis berusia 24 tahun itu.

"Tapi dua jam kemudian mereka masuk ke kompleks kami dan mereka berkata di mikrofon bahwa mereka akan menggunakan kekerasan."

"Kami berusaha melakukan yang terbaik untuk melindungi diri kita sendiri. Semua orang merasa ketakutan, dan benar-benar khawatir akan apa yang akan terjadi besok.

"Keamanan kami dalam bahaya."

Abdul mengatakan bahwa ia berharap "masyarakat internasional mengetahui apa yang terjadi di dalam pusat tahanan ini".

"Sudah 12 hari, kami hidup di neraka," katanya. "Tidak ada air untuk diminum, tidak ada pamgan untuk dimakan dan tidak ada listrik. Kami menginginkan kebebasan.

"Sudah empat setengah tahun kami ditahan di sini oleh otoritas Australia sebagai sandera, disiksa ... dan dianiaya.

"Besok mereka akan menggunakan kekuatan untuk menyeret kami keluar dari sini.

"Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi besok."

Sebelumnya, UNHCR menyebut Australia mempertaruhkan "kondisi darurat kemanusiaan" dengan menutup pusat detensi Pulau Manus pada 31 Oktober lalu.

Delapan hari setelah ditutup resmi, sekitar 600 orang masih berada di pusat tahanan itu. Dan persediaan makanan, listrik dan air diputuskan. Mereka tidak mau keluar, dengan alasan takut akan keselamatan mereka di fasilitas baru.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved