Sabtu, 4 Oktober 2025

Bergaji Besar Sebagai Bankir di Swiss, Pria Ini Pilih Jualan Sate, Simak Alasannya

Adalah Rio Vamory, yang mengaku bosan dengan pekerjaannya sebagai bangkir di bagian keuangan dengan jam kerja yang monoton.

Editor: Wahid Nurdin
Kolase TribunTravel.com/via Dominic Steinmann/NZZ
Rio Vamory 

Wartawan TribunTravel.com/Apriani Alva

TRIBUNNEWS.COM - Guys, apa yang kamu pikirkan tentang Swiss?

Yah, Swiss terkenal sebagai negara mewah yang tentu saja memiliki biaya hidup yang tak murah.

Seorang bankir dengan karir dan gaji yang terbilang cukup untuk menghidupi dirinya justru memilih untuk keluar dari pekerjaannya dan memilih menjadi tukang sate.

Jangan dibayangkan tempat makan bak restoran, namun ia justru mencoba menjual sate khas Indonesia yaitu di atas gerobak.

Adalah Rio Vamory, yang mengaku bosan dengan pekerjaannya sebagai bangkir di bagian keuangan dengan jam kerja yang monoton.

Tak hanya itu, di masa mendatang ia ingin dikenal anaknya sebagai orang asli Indonesia.

Seorang ayah beriusia 33 tahun ini meninggalkan jabatannya sebagai Key Account Manager di Enam Swiss Exchange.

Kini kesehariannya dihabiskan dengan bergelut bersama tusuk sate, saus kacang dan asap.

Sesuai dengan apa yang ia geluti, kini banyak orang yang mengenalnya sebagai 'Mr Satay.'

Lebih dari 10 tahun, ia telah menghabisakan waktu di berbagai bank-bank besar dan swasta.

Ia memiliki kempuan untuk menyelesaikan transaksi derivatif tanpa melalui bursa (OTC).

Rio seorang pribadi yang sangat ramah, namun sayangnya ia tak merasa nyaman dengan pekerjaannya.

Ia mengingat-ingat perjalanan hidupnya, saat pertama kali memutuskan sekolah di bidang bisnis, ia pernah menjadi pelayan di "Mere Catherine" yang berada di kota tua.

Dengan ijazah komersialnya, ia bekerja selama dua tahun di Ristorante Liguria sebagai Deputi Managing Director.

Selanjutnya ia bekerja di industri perhotelan bagian keuangan, namun kerena jam kerja yang kurang teratur ia pun keluar dari tempat tersebut.

Rio sempat mengambil program kuliah kerja di Komunikasi Bisnis di Universitas Ekonomi di Zurich, Swiss.

Sebagai karya sarjana terakhir, ia berencana menciptakan rencana bisnis untuk 'Mr Satay.'

Untuk memuluskan rencannya tersebut ia membuat video dan mengumpulkan dana melalui crowdfunding.

Tak hanya sebagai tempat untuk mengumpulkan dana, crowdfunding ini juga sebagai tes pasar apakah banyak orang yang berminat dengan idenya.

Target modal awal sebesar 12.000 frank Swiss atau sekitar Rp 150 juta, tercapai melalui cara itu.

Uang itu selanjutnya dibelihan alat dan bahan untuk membuat gerobak kayu dengan kesan modern khas pedagang kaki lima di Indonesia.

Gerobak sate milik Rio mentap di Hardstrasse di Zurich Barat.

Namun kini keputusannya tersebut memasuki babak baru dalam hidupnya karena tepat setelah perayaan hari buruh, yaitu 2 Mei 2017, ia akan bergabung bersama truk makanan, seperti dilansir TribunTravel.com dari NZZ, koran paling prestisius di Swiss.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved