Jumat, 3 Oktober 2025

Diperkirakan 30.000 Muslim Rohingya Lari dari Myanmar ke Banglades

Sedikitnya 10.000 orang Rohingya telah tiba di Banglades dalam beberapa pekan terakhir.

Editor: Hasanudin Aco
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
PEDULI MUSLIM ROHINGYA - Massa yang tergabung dalam Keluarga Besar Persatuan Islam (Persis) Jawa Barat melakukan Aksi Peduli Muslim Rohingya, di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (24/11/2016). Dalam aksinya, mereka menyerukan mengutuk tindakan pembunuhan massal yang dilakukan militer Myanmar terhadap muslim Rohingya dan mendesak Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan protes diplomatik terhadap Pemerintah Myanmar dengan cara mengusir pulang Duta Besar Myanmar untuk Indonesia di Jakarta. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, DHAKA - Sedikitnya 10.000 orang Rohingya telah tiba di Banglades dalam beberapa pekan terakhir.

Mereka melarikan diri dari kekerasan di negara tetangga, Myanmar.

"Berdasarkan laporan dari berbagai kelompok pegiat kemanusiaan, kami memperkirakan bahwa ada 10.000 pendatang baru dalam beberapa pekan ini," kata Vivian Tan, juru bicara Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Rabu (30/11/2016), di Bangkok, Thailand.

"Situasi ini cepat berubah dan jumlah yang sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi lagi," kata Tan, seperti dilaporkan oleh Agence France-Presse.

Tentara Myanmar telah melakukan tindakan keras mematikan di negara bagian barat Rakhine.

Tentara mengatakan, mereka sedang memburu para militan penyerang pos polisi Myanmar beberapa waktu lalu.

Namun, berbagai kelompok pegiat kemanusiaan dan warga etnis minoritas Rohingya mengatakan, kekerasan telah menyasar etnis minoritas tersebut.

Akibatnya, sekitar 30.000 orang meninggalkan rumah mereka di Myanmar dan mengungsi ke Banglades atau perbatasan kedua negara bertetangga itu.

Banglades telah meningkatkan patroli di perbatasan untuk menghentikan orang-orang Rohingya masuk.

Petugas perbatasan Banglades telah beberapa kali mengusir warga tanpa negara tersebut.

Minggu lalu, Dhaka mengatakan, ribuan orang Rohingya telah membanjiri negeri itu dalam pelarian dari kekerasan di Myanmar.

Warga Rohingya yang ditemui wartawan di Banglades menceritakan berbagai kekerasan mengerikan di Myanmar, seperti pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan oleh pasukan keamanan Myanmar.

Pekan lalu, Human Rights Watch merilis citra satelit yang memperlihatkan ratusan bangunan atau rumah di desa-desa minoritas Rohingya telah diratakan dengan tanah.

Pemerintah Myanmar membantah berbagai tudingan tersebut. Mereka mengatakan, operasi telah dilakukan untuk memburu "teroris" di balik serangan kepada pos polisi pada Oktober lalu.

Militer Myanmar juga menegaskan, laporan miring tentang kekejaman aparat merupakan rekayasa untuk menjatuhkan reputasi aparat.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved