Jumat, 3 Oktober 2025

Capres Korea Selatan minta maaf

Capres Park Geun-hye meminta maaf atas tindak diktator ayahnya, mantan Presiden Park Chung-hee, yang memimpin Korea Selatan melalui kudeta antara 1961-1979.

Calon presiden wanita pertama Korea Selatan Park Geun-hye, menyatakan permohonan maafnya pada publik dalam sebuah acara konferensi pers atas tindak brutal dan represif yang pernah dilakukan ayahnya, Park Chung-hee, selama masa pemerintahannya antara tahun 1961-1979.

Park Chung-hee menguasai pemerintahan setelah melakukan kudeta tahun 1961 namun kemudian hidupnya berakhir akibat pembunuhan yang direncanakan oleh kepala intelejennya sendiri tahun 1979.

Selama pemerintahannya ekonomi Korea dinilai maju pesat namun dirinya bersikap tiran terhadap musuh politiknya sehingga demokrasi lambat tumbuh di negeri ginseng itu.

Capres Park, 60, berhasil mencalonkan diri sebagai presiden bulan lalu dan akan berlaga dalam pemilu Desember mendatang.

Namun karena nama ayahnya yang ternoda, posisi politiknya menjadi terhambat, tulis wartawan BBC di Seoul, Lucy Williamson.

Noda hitam

Ayahnya, Park Chung-hee, dianggap sebagai pelopor tumbuhnya kekuatan ekonomi Korea Selatan, namun catatan HAM-nya banyak dipandang pemilih muda dan liberal sebagai noda hitam dalam sejarah negara itu.

Dalam pernyataannya Capres Park mengatakan ayahnya telah mengedepankan kepentingan ekonomi Korea Selatan dan keamanan nasional dengan mengorbankan hak asasi warganya.

"Di balik pertumbuhan ekonomi yang terus menanjak ada derita pekerja yang menjadi korban kondisi penuh tekanan," katanya.

"Dengan dalih upaya untuk melindungi keamanan nasional kita dari ancaman Korea Utara terjadi lah pelanggaran HAM oleh kekuatan negara."

Park mengatakan meminta maaf dengan tulus: "Saya percaya bahwa nilai demokrasi yang tak berubah (adalah) tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara dalam politik."

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved