Sabtu, 4 Oktober 2025

Soal Merger dengan Pelita Air, Bos Garuda Indonesia: Masih Penjajakan Awal

Pertamina akan lebih fokus kepada core bisnis Pertamina pada bidang oil and gas dan renewable energy, sehingga membuka peluang merger.

HO
MERGER GARUDA PELITA - Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani. Pelita Air dan Garuda Indonesia akan digabung menjadi satu. 

"Sebagai contoh, untuk airline kami sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia," sambungnya.

Tidak hanya sektor penerbangan, Simon juga mengungkapkan bahwa Pertamina akan melepas sejumlah bisnis lain yang tidak terkait dengan energi.

Beberapa di antaranya adalah anak usaha Pertamina di bidang asuransi, pelayanan kesehatan, hingga hospitality.

"[Tentu] akan mengikuti roadmap yang sudah dipersiapkan oleh Danantara," ucap Simon.

Sebelumnya pada 2023, rencana Pelita Air dimerger dengan Citilink sudah pernah mencuat.

Citilink merupakan maskapai low cost carrier (LCC) dan berada di bawah naungan Garuda Indonesia Group.

Kala itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, Pemerintah terus mengupayakan aksi korporasi merger antara Citilink dan Pelita Air.

Tiko, sapaan akrab Kartika, mengungkapkan terdapat 2 opsi terkait penggabungan maskapai-maskapai pelat merah tersebut.

Opsi pertama, lisensi Pelita Air akan masuk ke dalam Citilink. Dan opsi yang kedua, seluruh maskapai BUMN yakni Citilink, Pelita Air, termasuk Garuda Indonesia masuk ke dalam Holding Pariwisata atau InJourney.

Namun kembali lagi, jika memilih opsi kedua harus menunggu kondisi kesehatan keuangan Garuda Indonesia pulih sepenuhnya.

"Enggak (batal merger) itu masih dalam kajian. Jadi ada dua opsi, opsinya Pelita masuk secara lisensi ke Citilink, atau Pelita ke InJourney, itu masih dikaji," ucap Tiko kepada wartawan, (6/11/2023).

"Dari saya mau ke ujungnya atau ke Citilink, tapi tergantung dari kemampuan Garuda restrukturisasi, kita akan reviu akhir tahun apakah garuda sudah sehat akhir tahun ini," sambungnya.

Diketahui, Garuda Indonesia tidak bisa bergabung dengan InJourney karena masalah keuangan yang tak sehat.

Selain itu, Garuda Indonesia harus kuat dan berkembang secara size sebelum bergabung ke InJourney.

Meski begitu, penggabungan Garuda Indonesia ke InJourney akan dilakukan secepatnya.

"Harus sehat. Karena kan sekarang ini baru saya reviu karena Garuda secara risk daripada rutenya sudah positif, artinya mereka sudah mulai casflow positif, tapi negatif ekuiti, jadi ekuiti itu kita bereskan dulu," pungkasnya. 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved