Analis: Bunga Turun Saja Tak Cukup, Perbankan Harus Cerdas Kelola Dana
Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia memberi angin segar bagi sektor perbankan untuk menurunkan biaya dana dan meningkatkan profitabilitas.
Penulis:
Sanusi
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia memberi angin segar bagi sektor perbankan untuk menurunkan biaya dana dan diharapkan bisa meningkatkan profitabilitas.
Peluang lebih besar akan dirasakan oleh bank yang sejak awal telah menerapkan strategi manajemen risiko yang cermat seperti PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (BWS). Kondisi ini menjadi momentum untuk mengakselerasi efisiensi biaya dana dan mempertahankan profitabilitas.
Bank Woori Saudara mengelola eksposur terhadap risiko pasar, khususnya risiko suku bunga, melalui penyusunan portofolio yang mengacu pada struktur jangka waktu, jenis bunga (tetap atau mengambang), dan konsentrasi mata uang. Salah satu bukti efektivitas pengelolaan tersebut terlihat pada penurunan rata-rata bunga efektif liabilitas yang diterima.
Berdasarkan laporan keuangan semester I-2025, Bank Woori Saudara mencatatkan penurunan pinjaman dalam mata uang rupiah dari 8,58 persen pada akhir 2024 menjadi 8,09 persen pada semester I-2025.
Sementara itu, untuk pinjaman dalam valuta asing, bunga efektif turun tajam dari 6,18 persen menjadi 5,36 persen pada periode yang sama.
Analis Phillip Sekuritas Edo Ardiansyah menilai bahwa penurunan rata-rata bunga pinjaman yang diterima BWS menandakan efisiensi struktural yang mulai membaik.
"Ini bukan hanya soal bunga acuan yang turun, tapi juga kemampuan bank untuk mengelola ekspektasi kreditur dan menegosiasi ulang skema pinjaman. BWS tampaknya cukup cepat merespons kondisi pasar," ujarnya.
Phillip Sekuritas Indonesia adalah perusahaan sekuritas yang beroperasi di bawah naungan PhillipCapital Group, sebuah grup finansial global yang berbasis di Singapura dan telah hadir di lebih dari 15 negara.
Dalam laporan leuangan semester I-2025 terutama dalam catatan manajemen risiko, BWS menyatakan struktur liabilitas dikelola dengan prinsip kehati-hatian dan sensitivitas terhadap perubahan suku bunga pasar.
Baca juga: Pendapatan Emiten Remala Rp86,39 Miliar di Kuartal I 2025, EBITDA Juga Naik
Portofolio pinjaman dibagi antara bunga tetap dan mengambang, dengan perhatian khusus pada jangka waktu dan profil jatuh tempo.
"Strategi ini mampu memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan beban bunga, tanpa mengorbankan stabilitas likuiditas," ujarnya.
Menurut dia, peluang efisiensi biaya dana melalui penyesuaian bunga pinjaman tetap terbuka lebar yang pada akhirnya berdampak ositif terhadap margin bunga bersih (NIM).
Baca juga: Biaya Dana Naik, BTN dan BRI Revisi Target Pertumbuhan Kredit
Terlebih jika tren suku bunga rendah berlanjut, maka ruang ekspansi BWS secara selektif bisa ditingkatkan, terutama pada segmen kredit produktif.
"Bank seperti BWS yang memiliki fleksibilitas dana dari sisi pinjaman eksternal, sangat mungkin memanfaatkan siklus ini untuk memperbaiki struktur margin secara keseluruhan," tambah Edo.
Sejak tahun lalu, Bank Indonesia telah 5 kali menurunkan suku bunga acuan dengan total sebesar 125bps hingga menjadi 5 persen pada Agustus 2025.
Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,25 Persen |
![]() |
---|
Ekonom BSI dan BCA Juga Yakin BI Akan Pertahankan BI Rate 5,5 Persen di Juli |
![]() |
---|
BRI Fokus Himpun Dana Murah untuk Tunjukkan Kinerja Positif dan Perkuat Struktur Pendanaan |
![]() |
---|
Alasan Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Basis Point Jadi 5,50 Persen di Mei 2025 |
![]() |
---|
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.