Bapanas Ungkap Gula Petani Belum Terserap Sebanyak 21 Ribu Ton
Gula rafinasi harus dikendalikan karena untuk industri, bukan untuk ke pasaran umum seperti gula konsumsi.
Penulis:
Dennis Destryawan
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi memaparkan gula petani sampai saat ini belum terserap sebanyak 21 ribu ton.
Namun, peningkatan penyerapan terus dilakukan, terlebih ID FOOD telah disuntik Rp 1,5 triliun oleh Danantara.
Tak hanya itu, Arief juga mengungkapkan pemerintah akan mulai mengurangi impor gula rafinasi yang didapati ada yang telah masuk ke pasar umum.
"Pemerintah tentu semuanya mendukung petani tebu. Untuk itu, pemerintah akan kurangi importasi yang berkaitan dengan gula rafinasi sekitar 200 ribu ton,” ujar Arief di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Baca juga: Menko Pangan: Pemerintah Perketat Pengawasan Distribusi Gula Rafinasi
Sebab, gula rafinasi harus dikendalikan karena untuk industri, bukan untuk ke pasaran umum seperti gula konsumsi. Karena itu, Menko Pangan Zulkifli Hasan telah meminta Kementerian Perdagangan untuk mengawasi gula rafinasi.
“Karena ada ditemukan di Serang, Banten. Di sana masih ada gula rafinasi. Sementara harusnya ini untuk industri. Penindakan hukumnya itu wilayahnya Satgas Pangan Polri," imbuh Arief.
Untuk diketahui, larangan peredaran gula rafinasi ke pasar umum telah termaktub dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17 Tahun 2022 tentang Perdagangan Gula Kristal Rafinasi (GKR). Pasal 5 dalam beleid itu mengatur bahwa produsen dilarang menjual GKR kepada distributor, pedagang, dan atau konsumen.
Arief menyampaikan perkembangan penyerapan gula petani yang telah dilaksanakan BUMN, yakni ID FOOD dan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), serta swasta. Langkah ini untuk mengatasi kelesuan lelang gula di tingkat petani. Terlebih produksi gula kristal putih di September ini diproyeksikan menjadi titik kulminasi panen di 2025 ini.
"Intinya kebijakan pemerintah itu mendukung para petani, impor sebisa mungkin jangan. Pokoknya intinya kita sama petani. Kurs dollar juga hari ini tinggi. Jadi memang yang paling benar itu membangun ekosistem pangan di Indonesia, seperti visi Bapak Presiden Prabowo," ujar Arief.
"Lalu update penyerapan gula petani dari ID FOOD dan SGN, dua-duanya jalan tapi bertahap. Sekarang ini sisa yang belum terserap sekitar 21 ribu ton. Kemudian yang swasta juga kita minta bantu serap. Jangan sampai petani tak mau nanam tebu, karena tebunya saat sudah jadi gula, tapi ternyata gulanya tak laku," ungkapnya.
Per 10 September, total realisasi serapan gula petani telah menyentuh angka 60,6 ribu ton. Rinciannya terdiri dari ID FOOD Group 31,5 ribu ton. Lalu asosiasi pedagang/swasta totalnya 22,2 ribu ton dan SGN 6,9 ribu ton.
Sementara sisa belum terserap 21,3 ribu ton dan masih ada pengajuan baru sekitar 30 ribu ton, sehingga total target serapan berada di angka 112 ribu ton.
Produksi gula kristal putih sendiri menurut Proyeksi Neraca Gula Konsumsi per 2 September, menunjukkan pada September ini merupakan titik kulminasi panen dengan estimasi dapat mencapai 777,6 ribu ton. Sementara total produksi gula kristal putih sepanjang 2025 ini diperkirakan mencapai 2,5 juta ton.
Dari itu ditambahkan stok awal 2025 dan impor raw sugar diperoleh total ketersediaan di angka 4,1 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi gula Konsumsi setahun di angka 2,8 juta ton, sehingga diproyeksikan stok gula konsumsi secara nasional sampai akhir 2025 masih terdapat 1,3 juta ton. Untuk itu, Arief mendorong peniadaan impor gula ke depannya.
"Jadi kita sampai dengan akhir tahun, kemungkinan neraca kita masih kelebihan 1,3 juta ton gula konsumsi, sehingga kita lagi berusaha supaya tidak impor. Maksudnya harus diatur produksinya. Kalau kelebihan 1,3 juta ton, itu seharusnya tidak perlu impor," beber Arief.
"Mengenai tetes tebu dan etanol, pabrik gula itu kan memproduksi gula dari tebu. Sebagian ada by product-nya, tapi bukan limbah. Itu bisa dijual namanya tetes, mayoritas dipakai buat etanol. Kalau etanol di impor, maka tetesnya disini tak laku, penuh di tangki, di penyimpanan, pabrik jadi tak bisa giling tebu," kata Arief lagi.
Kementan Percepat Swasembada Gula, KUR Tebu Rakyat Jadi Andalan |
![]() |
---|
Kementan Pastikan Stok Pupuk Subsidi Aman, Percepatan Tanam Bisa Berjalan Tepat Waktu |
![]() |
---|
Kisah Inspiratif Bhabinkamtibmas Polwan di Karanganyar yang Rajut Harapan Bersama Petani Lokal |
![]() |
---|
Petani Dieng Sukses Kembangkan Kentang Jumbo, Menang di Kontes Hari Pelanggan 2025 |
![]() |
---|
Pakar Hukum Bongkar Beda Kasus Nadiem vs Lembong, Tanggapi Hotman Paris |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.