Senin, 29 September 2025

Lonjakan Harga Beras Guncang Jepang, Inflasi Ancam Kekuasaan PM Ishiba

Harga beras di Jepang melonjak 90,7 persen per Juli 2025, dibaderol 3.625 yen atau Rp 399.000 per 5 kg, berpotensi mengancam kekuasan PM Ishiba

Istimewa
HARGA BERAS - Ilustrasi beras. Harga beras di Jepang melonjak 90,7 persen per Juli 2025, dibaderol 3.625 yen atau Rp 399 .ooo per 5 kg. Krisis beras menegaskan kerentanan Jepang terhadap inflasi pangan. Dengan harga beras yang masih tinggi dan dukungan politik yang terus tergerus, membuat depan Perdana Menteri Ishiba kini berada di ujung tanduk. 

TRIBUNNEWS.COM - Jepang kembali menghadapi tekanan ekonomi serius setelah data resmi menunjukkan lonjakan harga beras mencapai 90,7 persen pada Juli 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year).

Data dari Kementerian Pertanian Jepang mencatat bahwa rata-rata harga beras di supermarket nasional selama minggu terakhir di Juli 2025 adalah 3.625 yen atau Rp 399.000 per 5 kg, mencerminkan kenaikan sebesar 40 yen dari minggu sebelumnya.

Sementara pada awal Agustus beras satu karung isi lima kilogram dijual seharga 3.737 yen atau Rp 411.000. Di puncak krisis, harga melonjak ke level 4.285 yen per karung, sementara merek premium bahkan menembus 4.469 yen.

Meski kenaikan ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, lonjakan harga pangan pokok tersebut tetap menambah beban masyarakat.

Memperuncing ketidakpastian politik di bawah pemerintahan Perdana Menteri Shigeru Ishiba.

Mengutip CNBC International, kenaikan harga beras di periode ini dipicu oleh kombinasi musim panas ekstrem tahun lalu yang merusak sebagian besar area pertanian padi di Jepang.

Dimana saat itu suhu panas yang panjang dan curah hujan yang tidak stabil membuat kualitas panen menurun drastis. Alhasil produksi beras berkurang, sementara permintaan tetap tinggi. Akibatnya, harga melonjak.

Selain gangguan cuaca, krisis beras dialami Jepang karena adanya gangguan rantai pasok, hingga panic-buying setelah gempa dahsyat tahun lalu.

Ditambah dengan adanya masalah pasokan global, serta kenaikan biaya distribusi dan energi. Serangkaian masalah ini yang membuat harga beras di Jepang melonjak tajam.

Inflasi Ancam Kekuasaan PM Ishiba

Baca juga: Sidak Pasar di Serang Cek Harga Beras, Mendagri: Harga Stabil karena Intervensi Beras SPHP Bulog

Di sisi lain, inflasi inti Jepang tercatat melambat menjadi 3,1 persen pada Juli, turun dari 3,3 persen di bulan sebelumnya.

Angka ini masih lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 3 persen dan tetap di atas target Bank sentral Bank of Japan (BOJ) sebesar 2 persen.

Inflasi umum juga menurun ke 3,1 persen, level terendah sejak November 2024. Namun, inflasi yang disebut “inti-inti” yakni tanpa menghitung harga makanan segar dan energi tetap stabil di angka 3,4 persen.

Ekonom menilai tren penurunan ini bisa memberi sedikit ruang bagi BOJ untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga pada September atau Oktober 2025.

Setelah bank sentral Jepang meningkatkan proyeksi inflasi tahunan menjadi 2,7 persen untuk tahun fiskal 2025, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 2,2 persen.

Meski ekonomi Jepang tumbuh pada kuartal kedua 2025, krisis harga pangan semakin memperlemah posisi politik Perdana Menteri Shigeru Ishiba.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan