Indonesia Dinilai Mampu Melewati Krisis Global Gunakan 'Jurus' Kearifan Lokal
Indonesia mampu melalui berbagai krisis ekonomi global, ketika menggunakan jurus kearifan lokal atau local wisdom.
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan Indonesia mampu melalui berbagai krisis ekonomi global, ketika menggunakan jurus kearifan lokal atau local wisdom.
Pemerintah sejauh ini mampu mengelola permintaan domestik, maka optimisme perekonomian akan tumbuh sangat terbuka.
"Jurus local wisdom itu bahkan sudah diperkenalkan jauh sebelum Indonesia Merdeka oleh Profesor Soemitro Djojohadikusumo tepatnya pada tahun 1943," kata Purbaya melalui keterangan tertulis, Kamis (21/8/2025).
Soemitro Djojohadikusumo (1917–2001) adalah begawan ekonomi dalam sejarah Indonesia.
Ia dikenal sebagai arsitek berbagai kebijakan ekonomi nasional sejak era kemerdekaan hingga Orde Baru, serta ayah dari Presiden RI saat ini Prabowo Subianto.
Hal tersebut diungkapkan Purbayadalam acara LPS Financial Literacy di Medan, Sumatera Utara.
Soemitro, kata Purbaya, dalam desertasinya mengenalkan trilogi pembangunan yang menekankan pada tiga pilar yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan manfaat pembangunan dan stabilitas nasional yang dinamis.
Dalam konteks trilogi itu, Prof Soemitro menekankan pentingnya stabilitas perbankan.
Soemitro mengambil pelajaran dari The Great Depression di AS, dan dampaknya pada perekonomian Indonesia.
"Jurus local wisdom ala Soemitronomics itu kata Purbaya sudah terbukti ampuh meredam dampak krisis ekonomi global," katanya.
Purbaya mencontohkan saat krisis ekonomi global 2008 akibat subprime mortgage di AS dan saat pandemi Covid-19 tahun 2020-2021, ekonomi Indonesia cepat pulih karena bertumpu pada domestik demand.
"Respon kebijakan ekonomi pada 2008 tepat karena aktivitas ekonomi tetap jalan yang ditopang oleh ketersediaan likuiditas melalui uang beredar yang tumbuh'," kata Purbaya.
Situasi yang sama, menurut Purbaya, juga berlaku saat Pandemi.
Meskipun saat itu hampir kolaps, tetapi Pemerintah cepat mengubah dan merespon dengan pelonggaran secara terbatas, sehingga RI sukses keluar dari resesi dan kembali tumbuh positif seperti pada 2009 dengan tumbuh 4,9 persen.
"Pada 2020 juga kita pakai ilmu yang sejenis, karena sudah pintar yaitu menjaga domestic demand," kata Purbaya.
Kondisi tersebut berbeda saat krisiis moneter 1997-1998. Saat itu kata Purbaya, respon kebijakan membingungkan karena suku bunga naik hingga 60 persen, sementara uang beredar tumbuh lebih dari 100 persen.
Dampaknya dengan suku bunga tinggi, tidak ada pelaku usaha yang berani meminjam ke bank. Sebaliknya, uang beredar yang melimpah dipakai menyerang rupiah kembali.
Purbaya Tak Mau Uang Negara Nganggur, Anggaran Kementerian Akan Dicek: Dana Ditarik Jika Tak Optimal |
![]() |
---|
Didik J Rachbini: Penempatan Rp 200 Triliun Uang Pemerintah ke Bank Himbara Langgar Undang-undang |
![]() |
---|
Pengamat: Pasar Respon Negatif Pemindahan Rp200 Triliun Dana Pemerintah ke Perbankan |
![]() |
---|
Perbandingan Gaji yang Diterima Purbaya saat Jadi Ketua Dewan Komisioner LPS dan Menkeu |
![]() |
---|
Pengamat Apresiasi Menkeu Purbaya Guyur Rp200 Triliun ke 6 Bank, Tapi Ingatkan Jangan Jor-joran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.