Produksi Beras Naik, Harga di Pasar Tetap Melonjak Sejak Idul Adha
Impor beras turun drastis, dari yang awalnya hampir 5 juta ton pada 2024, kemudian hanya sekitar 800.000 ton pada 2025.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produksi beras nasional 2024/2025 diproyeksikan naik. Laporan Rice Outlook April 2025 dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan produksi beras Indonesia musim 2024/2025 mencapai 34,6 juta ton, atau naik 4,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Luas panen juga bertambah menjadi 11,4 juta hektare berkat curah hujan yang konsisten. Stok akhir (ending stocks) diperkirakan mendekati 5 juta ton.
Sementara untuk impor beras turun drastis, dari yang awalnya hampir 5 juta ton pada 2024, kemudian hanya sekitar 800.000 ton pada 2025.
Secara teori, kondisi ini seharusnya memberi ruang bagi stabilisasi harga. Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) per awal Agustus 2025 menunjukkan harga beras justru naik di 191 kabupaten/kota di seluruh zona wilayah.
Rata-rata harga beras di zona 1 (Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, Sulawesi) mencapai Rp 14.731/kg, di zona 2 (Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Riau, Kepri, Jambi, Babel, NTT, Kalimantan) Rp 15.744/kg dan di zona 3 (Maluku, Papua) menembus Rp 20.068/kg. Sedangkan harga beras di Kabupaten Intan Jaya, Papua, bisa tembus hingga Rp 54.772/kg.
Dari penelusuran Tribunnews.com di lapangan, Rabu (13/8/2025), harga beras di tingkat pedagang justru mengalami kenaikan signifikan sejak Idul Adha 2025 dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Di lapangan, sejumlah gerai ritel di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat bahkan sudah tidak menyediakan beras kepada konsumen.
Seorang pegawai di salah satu gerai ritel modern mengatakan, suplai beras sudah lama tidak datang ke outlet mereka. Mereka hanya memajang beras merah.
Baca juga: Stok Beras di Pasar Modern Langka, Rak Biasa Dipakai Pajang Beras, Sekarang untuk Air Minum
"Beras kosong kak, sudah lama nggak datang. Sudah lama banget kayaknya ngga ada di kita," ungkap pegawai minimarket kepada Tribunnews.com, Rabu (13/8/2025).
Sementara di jaringan minimarket lainnya, stok beras putih masih dijajakan, namun hanya tersedia satu pilihan brand, Topi Koki. Pada keterangan label harga, beras kemasan tersebut dijual sekitar Rp 74.500 untuk ukuran 2,5 kg.
Pedagang beras di Pasar Musyawarah Amir mengungkapkan bahwa kenaikan harga beras terjadi sejak Idul Adha atau Juni 2025.
Baca juga: Mendag Budi Santoso Klaim Persoalan Beras Oplosan di Masyarakat Sudah Selesai
"Harga beras naik malahan. Per karung yang 50 kg rata-rata naik Rp 50.000, tapi itu masing-masing jenisnya, kalau yang ini (harga per-liter Rp 12.500) naiknya Rp 50.000 per karung. Ini (beras) naik terus dari Idul Adha. Belum pernah turun," ujarnya.
Saat ditanya mengapa harga tetap tinggi meski disebut sedang masa panen, Amir menjelaskan harga tinggi disebabkan oleh harga gabah.
"Iya emang lagi panen, tapi harga gabahnya masih tinggi. Jadi harga berasnya naik. Belum pernah turun kita dari Idul Adha," jelas Amir.
Kondisi ini menandakan adanya kesenjangan antara situasi produksi nasional yang positif dengan realita harga di pasar.
Pedagang Beras di 3 Kabupaten Jateng Tak Terdampak Beras Premium Oplosan |
![]() |
---|
Marak Beras Bermerek Hasil Oplosan Bikin Warga Cilacap Menyerbu Pedagang Eceran |
![]() |
---|
Pemerintah Mulai Salurkan 1,3 Juta Ton Beras SPHP hingga Desember untuk Stabilkan Harga |
![]() |
---|
FAO: Lonjakan Produksi Beras Indonesia Tertinggi Kedua di Dunia, Pasar Global Tertekan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.