Senin, 29 September 2025

Cetak Sejarah Baru, Lembaga Pangan Dunia Prediksi Produksi Beras Indonesia Capai 35,6 Juta Ton

Berhasil mencetak sejarah baru, Lembaga Pangan Dunia FAO memprediksi produksi beras Indonesia mencapai 35,6 juta ton.

Editor: Content Writer
Istimewa
PRODUKSI BERAS INDONESIA- Lembaga pangan dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi produksi beras Indonesia pada musim tanam 2025/2026 mencapai 35,6 juta ton. Angka ini menjadi pencapaian dan berhasil mencetak sejarah baru bagi Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM - Lembaga pangan dunia, Food and Agriculture Organization (FAO), dalam laporan terbarunya bertajuk “Food Outlook - Biannual Report on Global Food Markets” edisi Juni 2025, memproyeksikan bahwa produksi beras Indonesia pada musim tanam 2025/2026 akan mencapai 35,6 juta ton. 

Angka ini menjadi pencapaian historis bagi Indonesia, mengingat proyeksi tersebut merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Tak hanya itu, lonjakan produksi ini juga termasuk yang paling signifikan di antara negara-negara produsen beras utama dunia. 

Jika prediksi tersebut terealisasi, maka Indonesia akan berhasil melampaui target produksi nasional yang telah ditetapkan pemerintah, yakni sebesar 32 juta ton.

Dalam laporan tersebut, FAO menempatkan Indonesia sebagai produsen beras terbesar keempat di dunia, setelah Tiongkok, India, dan Bangladesh. Produksi Indonesia diperkirakan naik 4,5 persen dibanding musim sebelumnya yang sebesar 34 juta ton. Kenaikan ini menandai pemulihan signifikan yang dilakukan pemerintah setelah sempat mengalami penurunan pada 2024/2025. 

“Peningkatan ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki daya saing dan ketahanan dalam sektor pertanian, khususnya di subsektor pangan strategis,” demikian tertulis dalam laporan FAO.

Sebagai perbandingan, lonjakan produksi Indonesia hanya kalah dari Brasil yang mencatat peningkatan sebesar 14,7 persen. Sementara negara-negara seperti Thailand dan Pakistan justru diproyeksikan mengalami penurunan produksi.

Sebelumnya Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) juga menyebutkan produksi Indonesia pada 2024/2025 melesat tajam. Produksi Beras Indonesia musim tanam 2024/2025 diperkirakan mencapai 34,6 juta ton, naik 600 ribu dari proyeksi bulan lalu, dan tumbuh 4,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Sementara itu, kenaikan produksi ini didorong oleh peningkatan luas panen menjadi 11,4 juta hektare serta kondisi cuaca yang sangat mendukung di awal tahun.

Baca juga: Percepat Swasembada Gula, Mentan Amran Tegaskan Komitmen Pemerintah untuk Petani Tebu

Capaian ini merupakan bukti nyata dari komitmen kuat pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan. Dengan kondisi geopolitik global saat ini yang tidak menentu, sangat penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan berbagai terobosan strategis guna mendorong peningkatan produksi secara eksponensial. 

Mentan Amran menggerakkan seluruh jajarannya untuk mempercepat tanam, menyediakan benih unggul, memperbaiki irigasi, memasifkan pompanisasi, serta memastikan pupuk tersalurkan tepat waktu.

Langkah strategis lainnya, pemerintah telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah sebesar Rp6.500 per kilogram, serta menghapus kebijakan rafaksi guna meningkatkan penyerapan gabah petani.

Dengan kebijakan ini, cadangan beras pemerintah saat ini mencapai 4,15 juta ton, dan harga gabah di tingkat petani tetap stabil. Hasilnya, petani dapat menikmati hasil panen dengan layak dan tetap semangat untuk terus menanam. 

Menurut Kementan, kebijakan harga di tingkat petani sangat krusial untuk menjaga keberlanjutan peningkatan produksi beras nasional.

Proyeksi positif dari FAO ini juga menjadi sinyal kepercayaan internasional terhadap potensi sektor pangan Indonesia. Jika tren ini berlanjut, Indonesia berpeluang memperkuat stok beras nasional, melakukan ekspor, dan meningkatkan posisi strategisnya dalam sistem pangan global.

Sebagai catatan, laporan FAO ini menjadi salah satu rujukan utama bagi negara-negara dunia dalam memantau dinamika produksi, stok, dan perdagangan komoditas pangan strategis, termasuk beras. 

Baca juga: Petani Diimbau Gunakan Pupuk Subsidi, Kementan Jamin Stok Aman dan Distribusi Transparan

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan