Sabtu, 4 Oktober 2025

Brownies Ater-ater Syukuran, Ide Kreatif UMKM Brounis Paris yang Lahir di Tengah Pandemi

Simak kisah UMKM Brounis Paris asal Bantul, Yogyakarta yang memproduksi brownies untuk sajian ater-ater. Brounis Paris lahir saat pandemi.

|
Penulis: Sri Juliati
Tribunnews.com/Sri Juliati
UMKM BROUNIS PARIS - Sutrisno, pemilik UMKM Brounis Paris menunjukkan produk brownies yang dibuat di workshop Brounis Paris yang beralamat di Diro RT 57, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Sabtu (19/4/2025). Simak kisah UMKM Brounis Paris asal Bantul, Yogyakarta yang memproduksi brownies untuk sajian ater-ater. Brounis Paris lahir saat pandemi. 

TRIBUNNEWS.COM - Ater-ater merupakan sebuah tradisi turun temurun yang dilakukan masyarakat Jawa.

Tradisi membagikan makanan atau bingkisan kepada saudara dan tetangga setelah mengadakan acara ini rupanya telah ada sejak abad IX, menurut kitab Sutasoma dalam kakawin Ramayana.

Istilah ater-ater juga tercantum dalam beberapa karya sastra abad XI Masehi, yaitu Udyogaparwa dan susatra-susastra yang lebih muda, seperti Gatotakacarsaya dan Smaradhana.

Ater-ater dapat berupa nasi, roti, atau kue. Nah, di tangan pasangan asal Sewon, Bantul, Yogyakarta yaitu Sutrisno dan Frida, ada inovasi lain yaitu brownies.

Usaha memproduksi kue panggang cokelat sebagai ater-ater dengan nama Brounis Paris ini sudah dijalani Sutrisno dan Frida sejak tahun 2020. Bisa dibilang, Brounis Paris lahir saat pandemi.

UMKM BROUNIS PARIS - Proses produksi brownies untuk ater-ater di dapur Brounis Paris yang berada di Diro RT 57, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Sabtu (19/4/2025).
UMKM BROUNIS PARIS - Proses produksi brownies untuk ater-ater di dapur Brounis Paris yang berada di Diro RT 57, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Sabtu (19/4/2025). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Namun sebenarnya, jauh sebelum pandemi, usaha tersebut sudah berjalan meski sekadar sampingan. Sebab saat itu, Sutrisno masih bekerja di bidang perhotelan. Customer-nya terbatas para kerabat dan teman. 

"Istri hobi masak dan sering bikin kue, salah satunya brownies yang ternyata rasanya mirip seperti kue brownies favorit saya saat SMA," tutur Sutrisno kepada Tribunnews.com pada April 2025.

Hingga akhirnya pagebluk Covid-19 melanda Tanah Air dan mempengaruhi banyak sektor usaha. Termasuk hotel tempat Sutrisno bekerja.

"Saat hotel tutup, kami mencoba untuk lebih serius mengembangkan usaha brownies. Resepnya diperbaiki, peralatan baking seperti oven di-upgrade agar dari sisi kapasitas produksi juga bertambah," kata pria yang karib disapa Trisno ini.

Ia juga merekrut tim untuk membantu di dapur serta branding di media sosial. Dari hanya dua orang yang mengawali yaitu Trisno dan istri, kini karyawan Brounis Paris berjumlah 6 orang. 

Baca juga: Diberdayakan BRI, UMKM Kopi Asal Toraja Ini Bisa Ekspor dan Jadi Pemasok Coffee Shop di 5 Negara 

Setiap hari, UMKM binaan Yayasan Astra - Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) ini dapat memproduksi hampir 300 box di workshop Brounis Paris yang berada di Diro RT 57, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Bantul

Ada 6 varian brownies produksi Brounis Paris berdasarkan topping yaitu almond, cheese, choco chip, peanut butter, dan mixed nuts yang dijual dengan harga mulai Rp 63 ribu hingga Rp 153 ribu.

Segmen Ater-ater

Saat mulai memasarkan produknya, Trisno merasakan betul jatuh bangun membangun usaha. Tak mudah mencari pelanggan. Nama brand-nya pun belum dikenal banyak orang.

Terlebih saat itu masih pandemi sehingga sangat mempengaruhi penjualan. Ada kalanya penjualan laris manis, tapi tak jarang Trisno harus tombok.

Dengan kondisi tersebut, Trisno tak memungkiri ada keraguan yang terselip. Namun, ia tak menyerah karena yakin kualitas produknya sangat baik dan tak kalah dengan brand lain.

Brounis Paris pun telah mengantongi sertifikat izin edar untuk produk pangan (PIRT HKI) dan halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pria kelahiran Bandung, 11 Februari 1984 ini lantas mencoba untuk memaksimalkan semua peluang. 

"Karena masih trial moment ya, jadi semua pasar kami 'tembak'. Kami coba tawarkan ke arisan, marketplace, konsinyasi, bahkan oleh-oleh, tapi terlalu banyak pesaing," ujar Trisno.

Pada 2023, Trisno akhirnya menemukan 'aha' moment yang secara tak langsung mengubah arah bisnis Brounis Paris. Momen itu datang saat ia melaksanakan acara syukuran khitanan untuk anak pertamanya.

UMKM BROUNIS PARIS - Proses produksi brownies untuk ater-ater di dapur Brounis Paris yang berada di Diro RT 57, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Sabtu (19/4/2025).
UMKM BROUNIS PARIS - Proses produksi brownies untuk ater-ater di dapur Brounis Paris yang berada di Diro RT 57, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Sabtu (19/4/2025). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sang istri meminta agar Trisno menyiapkan brownies sebagai ater-ater untuk saudara, teman, dan tamu undangan lainnya. Dalam sepaket ater-ater itu, ia juga menyelipkan suvenir berupa sajadah travel dan kartu ucapan.

Proses 'pemesanan' brownies sebagai ater-ater lantas dibuat konten oleh Trisno. Tak dinyana, banyak yang mengapresiasi dan menjadi terinspirasi.

"Nah, dari situlah inovasi menjadikan brownies sebagai ater-ater muncul. Lalu kami buatkan paket bundling dengan menambah suvenir seperti pouch dan sajadah travel," kata dia.

Dalam penyediaan suvenir, Trisno juga bekerjasama dengan pelaku UMKM lain yang telah lolos kurasi.

Ada empat paket ater-ater yang ditawarkan Brounis Paris dengan harga relatif terjangkau mulai Rp 58 ribu hingga yang termahal Rp 86 ribu.

Di setiap paketnya, customer akan mendapatkan sekotak kue brownies, kartu ucapan custom, dan tas spunbond eksklusif serta pilihan suvenir.

Melalui Brounis Paris, Trisno memberikan solusi bagi keluarga yang hendak melangsungkan acara syukuran. Mereka tak perlu lagi kerepotan menyiapkan ater-ater.

"Dengan minimum order hanya 30 set, paket ater-ater jadi kelihatan premium dan wangun untuk dibagikan kepada keluarga dan kerabat. Customer hanya perlu terima beres," ujar Trisno.

Sejak menggarap paket ater-ater, lanjut Trisno, nama Brounis Paris kian dikenal. Bahkan julukan brownies ater-ater syukuran telah melekat kuat pada Brounis Paris.

Meski 90 persen komposisi penjualan Brounis Paris saat ini untuk pasar ater-ater, tapi Brounis Paris tetap mempersilakan jika ada customer yang ingin membeli satu-dua kotak saja.

Demi kepuasan dan keleluasaan customer, Brounis Paris juga membuka ruang konsultasi. Termasuk jika ada customer yang menghendaki desain paket ater-ater tersendiri.

Sebagai bagian untuk memperluas pasar, Trisno membuat paket hampers pada momen spesial seperti Ramadan, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Bahkan beberapa waktu lalu, Trisno mendapat pesanan untuk acara purna tugas.

"Jadi paket ater-aternya bisa untuk multievent, meski yang paling banyak dipesan untuk acara syukuran seperti kelahiran atau pernikahan," ungkapnya. 

Trisno mengatakan, produk browniesnya juga dapat dibawa ke luar kota. Bahkan Trisno dan tim kerap mendapat pemesanan ater-ater hingga luar Kota Yogyakarta.

Jika disimpan di suhu ruang, produk Brounis Paris dapat bertahan 10 hari. Sementara jika disimpan di dalam kulkas, bisa tahan hingga 2 minggu lebih dan tidak berjamur.

Jadi Langganan Keraton Yogyakarta

UMKM BROUNIS PARIS - Sutrisno menjelaskan paket ater-ater yang tersedia di UMKM Brounis Paris, Sabtu (19/4/2025).
UMKM BROUNIS PARIS - Sutrisno menjelaskan paket ater-ater yang tersedia di UMKM Brounis Paris, Sabtu (19/4/2025). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Dalam perjalanannya, Brounis Paris yang merupakan UMKM binaan Yayasan Astra - Yayasan Yayasan Dharma Bhakti Astra semakin dikenal sebagai pelopor brownies ater-ater di Yogyakarta.

Brownies fudgy yang lembut di dalam dan renyah di luar, dipadukan dengan topping menarik rupanya tak hanya membuat warga biasa jatuh hati. Namun juga keluarga Keraton Yogyakarta. 

Hal ini bermula saat Gusti Kanjeng Ratu Hemas,  permaisuri Sri Sultan Hamengkubuwana X tiba-tiba mendatangi dapur produksi Brounis Paris.

Trisno sama sekali tak mengetahui rencana kedatangan tersebut. Ia hanya diberi tahu setengah jam sebelum GKR Hemas tiba. Alhasil tak banyak persiapan yang dapat dilakukannya.

"Waktu itu, dapur masih belum menerapkan konsep Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (5R) seperti yang diajarkan Yayasan Astra, seragam belum jadi, bahkan saya dulu masih pakai celana pendek. Beliau bilang, 'nggak apa-apa, namanya juga sidak,'" ujar Trisno seraya menirukan ucapan GKR Hemas.

Pada kunjungan itu, GKR Hemas memesan 20 box. Rupanya, momen 'sidak'  sang Ratu bertepatan dengan persiapan peluncuran hampers Lebaran. 

Melihat desain tersebut, anggota DPD RI periode 2024-2029 itu langsung menyukai. Terlebih dalam waktu dekat, Ratu Hemas akan menggelar upacara untuk sang cucu di Keraton Yogyakarta sehingga ia membutuhkan hantaran.

Tak lama berselang, pesanan dari Keraton datang juga. GKR Hemas kembali memesan 80 paket hantaran untuk upacara tetesan sang cucu.

Upacara Tetesan adalah upacara adat Jawa yang menandai peralihan seorang gadis kecil ke masa kanak-kanak, bukan bayi lagi tapi belum dewasa secara fisik maupun psikis.

Selain kue brownies, di dalam satu set hampers tersebut juga berisi sajadah, diffuser, lilin aromaterapi, dan suvenir lainnya yang dikemas dalam box berbahan enceng gondok.

"Bisa dibilang, itu adalah pesanan paling gede di Brounis Paris waktu itu karena range harga satu setnya ada yang di angka Rp 500 ribu," kisah Trisno.

Sejak saat itu, Brounis Paris semakin dikenal dan kebanjiran pesanan. Brounis Paris juga beberapa kali hadir dalam acara yang digelar Keraton Yogyakarta. Salah satunya saat Upacara Agung Hari Jadi ke-270 DIY tahun 2025.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved