Senin, 29 September 2025

Stok Beras Tembus 4 Juta Ton, Anggota DPR: Jangan Sampai Harga Tetap Mencekik Rakyat Kecil 

Rajiv mengatakan, capaian stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang menembus 4 juta ton tonggak penting dalam penguatan ketahanan pangan nasional. 

HO/IST
PRODUKSI BERAS NASIONAL - Produksi beras nasional mengalami lonjakan signifikan sepanjang Januari hingga Juli 2025. Rajiv mengatakan, capaian stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang menembus 4 juta ton tonggak penting dalam penguatan ketahanan pangan nasional.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai NasDem, Rajiv mengatakan, capaian stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang menembus 4 juta ton merupakan tonggak penting dalam penguatan ketahanan pangan nasional. 

Rajiv menyebut, pencapaian ini sebagai sinyal bahwa sektor pertanian Indonesia mampu bangkit di tengah tantangan global yang kompleks.

“Saya mengapresiasi langkah konkret dan terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian. Empat juta ton bukan angka kecil. Ini adalah capaian yang menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat menuju kedaulatan pangan," kata Rajiv dalam siaran persnya, Senin (2/6/2025).

Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang berpihak pada petani

Dia menyebut, peningkatan kuota pupuk bersubsidi, reformasi distribusi pupuk agar lebih tepat sasaran, serta penetapan harga gabah minimal Rp 6.500 per kilogram sebagai langkah-langkah yang berdampak signifikan terhadap produktivitas.

“Kebijakan tersebut bukan hanya membantu produktivitas, tetapi juga memberikan insentif psikologis kepada petani bahwa negara hadir mendukung kerja keras mereka," ujar Rajiv.

Rajiv juga memuji keberhasilan serapan beras oleh Perum Bulog yang mencapai 2,429 juta ton per akhir Mei 2025, angka tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Dia menuturkan bahwa capaian ini menjadi pembuktian bahwa produksi dalam negeri, jika dikelola dengan tepat, mampu mencukupi kebutuhan nasional tanpa bergantung pada impor.

Meski demikian, Rajiv mengingatkan pentingnya langkah evaluatif sebagai bagian dari penguatan tata kelola pangan. 

Menurutnya, lonjakan stok belum tentu linier dengan stabilitas harga di pasar atau keterjangkauan beras bagi masyarakat di seluruh pelosok negeri. 

“Distribusi harus dikawal ketat, jangan sampai stok tinggi tetapi harga tetap mencekik rakyat kecil, terutama di daerah-daerah yang sulit akses,” ungkap Rajiv.

Terkait wacana ekspor beras, Rajiv menyarankan pemerintah agar lebih berhati-hati. 

Dia menyambut baik terbukanya peluang ekspor seperti permintaan dari Malaysia, namun mengingatkan bahwa kebutuhan domestik tetap harus menjadi prioritas utama. 

“Kita jangan tergoda mengejar surplus ekspor tanpa terlebih dahulu menjamin bahwa dapur-dapur rakyat di pelosok negeri sudah benar-benar aman dari kelangkaan atau lonjakan harga,” ujarnya.

Rajiv juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan sebagai bagian dari strategi jangka panjang.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan