KTT 'Belt and Road' Hasilkan Rencana Jalur Sutra Udara dan Pembangunan Berkelanjutan
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Todotua Pasaribu mengatakan Indonesia memiliki potensi besar.
TRIBUNNEWS.COM. JAKARTA - Guna mendukung dan mendorong para pelaku bisnis di seluruh dunia untuk berpartisipasi aktif dalam kerja sama Belt and Road Initiative (BRI) pemerintah Indonesia menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).
Pemerintah dalam KTT tersebut menggandeng United Nations Global Compact “Sustainable Infrastructure for the Belt and Road
Initiative to Accelerate the SDGs” Action Platform (UNGC BRI Action
Platform), THK Forum, United in Diversity Foundation (UID), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), UN Global Compact Network Indonesia (IGCN), Kamar Dagang Internasional (ICC), dan Sustainable Development Solutions Network (SDSN).
Pada momen penting tersebut dibahas mengenai pemulihan ekonomi global dan aksi iklim.
KTT tersebut mempertemukan para pemimpin dari berbagai lembaga pemerintah, bisnis,organisasi internasional, akademisi, lembaga pemikir, dan organisasi non-pemerintah untuk menjajaki cara mempromosikan pembangunan yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan secara global melalui pembangunan kerjasama berkualitas tinggi di sepanjang Belt and Road Initiative (BRI).
Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Li Junhua mengatakan pentingnya keberadaan infrastruktur yang berkelanjutan termasuk sistem transportasi terpadu yang dirancang untuk mengurangi emisi iklim, mendorong inklusi sosial, dan mendukung integrasi ekonomi lintas wilayah.
Sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan standar internasional, Belt and Road Initiative juga dapat memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap tujuan ini.
“Infrastruktur yang berkelanjutan harus rendah karbon, tangguh, dan dapat diakses oleh semua orang.” ujar Li dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Kamis(29/5/2025).
Sesuai dengan Sepuluh Prinsip Pakta Global PBB lanjut Li Junhua ditawarkan adanya kerangka kerja yang berguna bagi perusahaan yang berkomitmen untuk menegakkan tanggung jawab mereka sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan standar internasional.
Karena itu kata dia Belt and Road Initiative (BRI) dapat memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap tujuan tersebut.
Sementara itu, Direktur Eksekutif United Nations Global Compact Sanda Ojiambo mengatakan bahwa Belt and Road Initiative (BRI) mencakup berbagai benua merupakan adalah salah satu upaya infrastruktur paling ambisius dalam sejarah.
Namun, potensi sebenarnya tidak hanya terletak pada skala jalan raya, pelabuhan, atau rel kereta api, tetapi juga pada cara pembangunannya.
Ia menambahkan lebih lanjut pada masa depan infrastruktur berkelanjutan Belt and Road Initiative (BRI) mendesak para pelaku bisnis untuk mengadopsi target berbasis sains untuk dekarbonisasi proyek infrastruktur.
Kedua, memprioritaskan prinsip ekonomi sirkular yang meminimalkan limbah dan memaksimalkan efisiensi sumber daya. Berikutnya melibatkan masyarakat sebagai mitra, memastikan bahwa proyek menghormati warisan budaya dan mengangkat mata pencaharian lokal.
"Terakhir, memanfaatkan pembiayaan campuran untuk mengoptimalkan investasi dan menarik modal bagi proyek-proyek yang selaras dengan SDGs," ujarnya.
Anggota Dewan UNGC dan Ketua Xiamen Airlines, Zhao Dong menambahkan penerbangan sipil juga ikut berkontribusi dan berfungsi sebagai penghubung penting dalam jaringan konektivitas global.
Oleh karena itu, mempercepat pengembangan 'Jalur Sutra Udara' merupakan tugas penting dalam mempromosikan kerjasama Belt and Road Initiative (BRI) yang berkualitas tinggi.
Ia mengimbau lebih banyak perusahaan untuk bekerja sama dengan
Xiamen Airlines dalam memajukan kerjasama Belt and Road Initiative secara mendalam di era baru dan secara aktif menyelaraskan dengan Agenda 2030 PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan, dengan demikian membangun komunitas komitmen perusahaan bersama dengan upaya bersama untuk meningkatkan kerja sama internasional, memenuhi tanggung jawab sosial, dan mempromosikan pembangunan inklusif dalam membangun Belt and Road Initiative (BRI) yang berkualitas tinggi.
Sebagai salah satu hasil utama dari KTT tersebut Kepala
Kantor China untuk United Nations Global Compact, Liu Meng secara resmi mengumumkan peluncuran laporan berjudul “Transition Finance for Sustainable Development of Traditional Industries”, atas nama UNGC Belt and Road Initiative (BRI) Action Platform.
Laporan tersebut dikembangkan bersama dengan Lianhe Equator Environment Impact Assessment dan bertujuan untuk mengeksplorasi peran penting dari transition finance dalam mempromosikan transformasi hijau dan rendah karbon pada industri tradisional, dan memberikan rekomendasi kebijakan dan referensi praktis untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
"KTT ini tidak hanya berfungsi sebagai platform internasional utama, tetapi juga menandai babak baru yang signifikan dalam mendorong kolaborasi praktis, lintas batas, dan lintas sektor. Sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi nasional, bisnis memainkan peran penting dalam memajukan kerjasama Belt and Road Initiative yang berkualitas tinggi tidak hanya sebagai pelaksana, tetapi juga sebagai penerima manfaat dan pendukung kepercayaan dan kolaborasi global," ujarnya.
Tahun 2025 menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara China dan Indonesia serta peringatan 70 tahun Konferensi Bandung. Dengan latar belakang bersejarah ini, perwakilan tingkat tinggi dari berbagai perusahaan terkemuka China dan internasional, termasuk Huayou Cobalt, GEM, GCL Group, Yingke Law Firm, ZAN Group, VIVO, JA Solar, Tencent dan FinVolution bersama-sama meluncurkan sembilan inisiatif utama.
Inisiatif ini mencakup berbagai bidang fokus yakni inovasi teknologi rendah karbon dan kolaborasi internasional, transisi energi hijau, pemberdayaan UKM, pendidikan berbasis teknologi, integritas dan kepatuhan perusahaan, pembangunan pedesaan berkelanjutan, rantai nilai yang bertanggung jawab dalam mineral hijau dan energi terbarukan, inovasi global dalam pengobatan tradisional, dan pengembangan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan.
KTT tersebut juga meluncurkan “Jaringan Aksi Komunitas Korporat
China-Indonesia untuk mempercepat SDGs”, “Inisiatif Aliansi Tenaga Surya Berkelanjutan Global (GSSA) untuk mempercepat Transisi Energi”, “Menuju Pembangunan Ekosistem Bisnis Internasional yang Bersih dan Transparan: Inisiatif Integritas dan Kepatuhan untuk Investasi Korporat di bawah Kerangka Kerja Belt and Road Initiative” dan “Perusahaan Pengobatan Tradisional Membangun Belt and Road Bersama"
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Todotua Pasaribu mengatakan Indonesia memiliki potensi besar di bidang energi hijau diantaranya solar(matahari), angin dan geothermal.
Namun potensi yang besar tersebut kata Todotua tidak dibarengi dengan pertumbuhan investasi dan ekonomi yang besar karena masalah teknologi yang belum mumpuni di Tanah Air.
Karenanya yang menjadi salah satu topik pembicaraan dengan beberapa perusahaan China adalah soal partner teknologi, sebab itu sangat dibutuhkan.
"Kita butuh partner teknologi untuk tumbuh, apalagi kebutuhan kita atas energi terutama green energy sangat besar apalagi tren global sudah melakukan itu semua, sudah kampanye green energy," kata Todotua.
China lanjut Todotua juga sudah memiliki komitmen yang besar mengenai energi hijau.
Mereka sudah melakukan transisi energi dari PLTU ke green energy. Komitmen tersebut lanjutnya serupa dengan apa yang diinginkan Indonesia.
Karena kesamaan tujuan itulah menurut Todotua, China tertarik berinvestasi di Indonesia.
Terlebih potensi energi hijau di Tanah Air sangat besar.
Baca juga: FKPPI: Sikap Wamen Todotua Pasaribu Tindak Premanisme Investasi Bentuk Komitmen Pemerintah
"Pastinya (China pensiunkan PLTU) karena China sendiri sekarang sudah mulai develop atau mengembangkan banyak soal green energy mereka punya PLTA 100 MW lalu mereka kembangkan lagi dari angin, ombak laut, solar panel mereka sangat masif. Sementara potensi kita sangat besar 3700 MW tapi kita butuh partner teknologi," ujarnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Belt and Road Initiative
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Sekretaris Jenderal PBB
Li Junhua
Todotua Pasaribu
SDG01-Tanpa Kemiskinan
Investasi Sektor Maritim Tembus Rp 136,3 Triliun Sepanjang Kuartal I 2025 |
![]() |
---|
RI Bidik Investasi di 9 Sektor, Mulai dari Kelanjutan Pembangunan IKN Hingga Pendidikan Vokasi |
![]() |
---|
Indonesia Ingin China Jadi Partner Teknologi untuk Kembangkan Energi Hijau |
![]() |
---|
Tiga Investasi Besar-besaran China di Indonesia: Smelter Nikel, Manufaktur dan Energi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.