Rabu, 1 Oktober 2025

Pesona Dolar AS Memudar, 70 Negara Lakukan Dedolarisasi Pilih Tinggalkan Mata Uang Paman Sam

Fenomena dedolarisasi mencuat, setidaknya lebih dari 70 negara mulai mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar dalam transaksi internasional

Tribunnews/Jeprima
NILAI TUKAR DOLAR - Fenomena dedolarisasi mencuat, setidaknya lebih dari 70 negara mulai mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar dalam transaksi internasional. Adapun langkah ini diambil sebagai respons terhadap dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam sistem keuangan global. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM -  Selama beberapa tahun terakhir pasar keuangan di kejutkan dengan fenomena dedolarisasi, dimana sebagian besar masyarakat mulai mengurangi ketergantungan mereka pada dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip laporan Watcher, setidaknya lebih dari 70 negara kini secara aktif mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar dalam transaksi perdagangan internasional.

Adapun langkah ini diambil sebagai respons terhadap dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam sistem keuangan global.

Perlu diketahui sejak perang dunia I, dolar AS muncul sebagai kekuatan ekonomi global.

Dominasinya yang terus menguat bahkan mendorong sejumlah negara di dunia menggelar Perjanjian Bretton Woods pada 1944 untuk mengukuhkan status dolar sebagai mata uang cadangan utama.

Sejak saat itu hampir 80 persen transaksi internasional, seperti perdagangan, investasi, dan transaksi keuangan. Sebagian besar dilakukan dengan melibatkan dolar AS.

Namun seiring berjalannya waktu, dolar AS mulai mengalami penurunan popularitas.

Dengan mengurangi popularitas dolar, analis menilai fenomena ini dapat memajukan mata uang lokal ditengah supremasi dolar.

Dedolarisasi juga dianggap sebagai jalan untuk memperkuat kedaulatan ekonomi, menghindari risiko politik, serta menciptakan sistem keuangan global yang lebih seimbang dan adil.

Penyebab Dedolarisasi

Para ekonom menilai dedolarisasi mulai terjadi setelah Amerika memberlakukan sanksi keuangan terhadap Rusia.

Sanksi tersebut awalnya dimaksudkan untuk memukul ekonomi negara beruang merah itu agar invasi di Ukraina dapat berhenti.

Baca juga: Dedolarisasi, Negara-negara BRICS Akan Luncurkan Sistem Keuangan Independen

Namun sayangnya pasca kebijakan tersebut diberlakukan, Rusia dan sejumlah mitra kerjanya mulai meninggalkan dolar dan beralih ke mata uang yang lebih ramah terhadap perdagangan internasional, seperti yang dikutip dari Mirage News.

Mulai dari situ nilai dolar mulai mengalami penurunan nilai ditengah kenaikan suku bunga dan lonjakan inflasi.

Pelemahan dolar AS bahkan berbanding lurus dengan realisasi pertumbuhan ekonomi AS kuartal I yang lebih kecil dari perkiraan. Dimana ekonomi AS hanya tumbuh di level 1.1 persen (YoY).

Daftar Negara yang Terapkan Dedolarisasi

Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) seperti Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, dan Kirgistan
mengonfirmasi bahwa mereka telah menyelesaikan 93 persen atau 100 miliar dolar AS perdagangan dalam mata uang nasional.

Sementara penggunaan mata uang dolar AS hanya sekitar 7 persen atau7 miliar dolar dari transaksi lintas batas di antara mereka yang mencakup pembayaran dalam mata uang paman sam itu.

Perkembangan ini menunjukkan dedolarisasi berakselerasi dengan cepat untuk meninggalkan dolar AS.

Tren ini juga terlihat jelas di kawasan ASEAN, di mana sejumlah negara mulai menerapkan penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal.

Selain itu, mereka juga mengembangkan sistem pembayaran alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Seperti misalnya Indonesia yang sepakat mengadopsi mekanisme pembiayaan cepat berbasis mata uang regional, terutama yuan China, menggantikan dolar AS.

Diikuti China yang juga semakin masif mempromosikan yuan, hingga mendominasi 47 persen transaksi perdagangan global.

Menyusul yang lainnya, Kelompok Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) termasuk Rusia dan Kazakhstan, mencatatkan 85 persen transaksi lintas batas menggunakan mata uang lokal.

Pencapaian ini menunjukkan keberhasilan koordinasi kebijakan moneter regional.

Menandai fase baru dalam dinamika ekonomi global, di mana negara-negara mulai mencari alternatif terhadap dominasi dolar AS dan membangun sistem keuangan yang lebih beragam dan seimbang.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved